Kamis, 31 Maret 2011

D'Janji or D'Sumpah. Whatever.

Hai.

Tak terasa bulan Maret sudah mau berakhir. Dan dengan bejatnya blog ini saya telantarkan. Sibuk. (Lame excuse ya. Hahaha)

Saya cerita-cerita tentang pengambilan janji pns yang barusan saya ikuti aja ya. Tanggal 24 kemarin acaranya. Umumnya disebut sumpah pegawai negeri sipil (pns). Tapi, untuk pegawai yang beragama Kristen (iya, saya) kata sumpah diganti dengan janji, karena menurut ajaran Kristen, umatnya nggak boleh bersumpah. Er… saya nggak tahu persis bagian mana di Alkitab yang menyebut itu. Tapi bukan itu persoalannya, at least for me yah. Toh saya berjanji demi Tuhan juga, dan itu mengandung tanggung jawab yang besar (haish, bahasa gue).

Saya akui, ada sedikit perubahan dalam diri saya (sedikit doang? *plak!*), setelah pengambilan janji pns kemarin itu. Saya rasa beban di pundak saya sebagai pns makin bertambah. Gimana nggak? Secara ya, kita diambil janji berdasarkan agama dan keyakinan kita, didampingi oleh pemuka agama masing-masing (kemarin itu ada yang beragama Islam, Kristen, dan Hindu. Otomatis ada tiga pemuka agama), disaksikan oleh para pejabat, dan yang lebih penting, disaksikan Yang Maka Kuasa *gemetaran*. Momen saat diambil sumpah/janji itu terasa sangat... apa ya? Berkesanlah. Selama prosesi berlangsung, benak saja bertanya-tanya, “Hellow Gayus? Apa kabar para koruptor?” Apa mereka nggak mengganggap pengambilan sumpah (jabatan) yang mereka jalani itu sebagai sesuatu yang penting? Sesuatu yang akan dipertanggungjawabkan ‘di atas sana’ nanti? (Halah!)

Saya bukannya sok suci atau gimana. Saya ini orang berdosa juga, you know lah(dan masih suka bikin dosa, hehe). Masalahnya, kalau yang saya rugikan adalah diri saya sendiri, suka-suka saya kan? Beda halnya jika dengan jabatan yang saya duduki, saya memanfaatkannya untuk keuntungan saya dan merugikan orang lain, bahkan LEBIH BANYAK orang.

Ah, akhirnya saya justru meracau. Ini gara-gara satu hal. Demotivasi kerja. Yap, saya tengah mengalaminya, tepat di saat saya menerima surat tugas yang mengharuskan para pegawai yang belum diambil sumpah untuk segera mengambil bagian dalam kegiatan pegambilan sumpah di kantor vertikal kami itu. Thank God, hingga saat ini, saya masih bisa menjaga semangat kerja saya.

Kembali ke acara pengambilan sumpah. Saat itu saya tegang sekali. Jantung saya berdetak tiga kali lebih cepat (atau seperti itulah, kau tahu, saat kau nervous). Saking nervous-nya, saya agak kesulitan mengikuti kata-kata sumpah/janji yang dibacakan oleh Ibu Pimpinan. Ugh, saya merasa mata-mata sadis para saksi menghujam dada saya. Bener-bener horor.

Tapi setelah prosesi berakhir, segalanya kembali seperti biasa. Saya kembali rileks. Dan ngomong-ngomong, harusnya setelah itu ada acara makan-makan (yuhuu!). Tapi sayang (T.T), saya harus segera bertugas. Maklum, penjaga loket. Eh, tapi nggak apa-apa ding. Toh saya lagi diet ini. Biarlah, anggap saja saya terselamatkan dari godaan makan-sampe-lupa-daratan.

Iya, saya lagi diet. Sudah turun sekilo. Dan target saya masih 5 kilo lagi. Kalo bisa sih lebih.


-11-