Rabu, 05 September 2012

Kuntilanak dan Jailangkung

Halo. Ayem bek, Sodara-sodara. Hari ini, saya dengan biadabnya memutuskan kembali menyampah di blog ini lagi. Euh, lama nggak dikunjungi, ini rumah udah kayak sarang vampir aja. Tapi nggak juga ding, bagusan sarang vampir malah. Itu lho, sarang vampir keluarga Cullen, malah lebih bagus dari kondisi blog ini. Rumah mereka megah, besar, lega, sayang nggak ada tempat tidurnya. Kan sesekali saya juga kepingin gituh, nginep di rumah keluarga Cullen (dan berharap digigit biar jadi vampir juga. Hahaha). Ini gw ngemeng apaan sih?

Ehm. *tarik napas*
*nyalain rokok*
 *sedot*
 *embusin asap*
 *menatap cuek kerjaan yang menumpuk*

Iya, saat ini saya masih di kantor. Kerjaan segunung-gunung ditaroh Boss di meja kerja saya. Ya nggak mungkin juga saya komplain, secara memang sudah tugas saya. Cuma ya, dengan volume kerja yang segini banyak, rasa-rasanya kepala saya kayak mau meledak. Asli, kepingin banget marah-marah. Nggak tahu juga mengapa saya masih sulit menjaga mood. Playlist lagu-lagu favorit di mp3 player komputer bahkan sulit membawa kedamaian dalam hatiku (sedaaap). Mungkin karena saya melihat pembagian kerja di kantor ini nggak merata. Ada pegawai yang sudah kepayahan menangani kerjaannya, tapi yang lain malah seenak jidat datang telat (sudah ngabsen pagi-pagi), kerjaannya pun nyantai. Fyi, gara-gara kelakuan orang inilah, tugasnya sebagian diserahkan ke saya yang memang terkenal rajin… (silakan muntah, saya sudah duluan). Waktu dilimpahin tugas, saya sih iya-in aja. Bukan, bukannya saya sok imut atau berusaha menjilat pantat Boss (amit-amit!) tapi waktu mau ngelimpahin tugas ke saya, Bos melakukannya sambil setengah memohon. Sebetulnya saya bisa saja menolak, dengan alasan beban kerja saya sendiri sudah banyak. Tapi hati saya terlalu lemah. Akhirnya saya menerima tugas tambahan tersebut. Dan di sinilah saya, berakhir dalam tumpukan tugas-tugas yang mengharuskan saya lembur setiap hari sampai larut. Tumpukan novel yang belum saya baca jadi terbengkalai deh. Hiks.

Di saat-saat seperti ini, saya merasa beruntung punya teman-teman yang sanggup membuat hati riang, tanpa saya harus datang curhat ini-itu dan berharap mereka mempuk-puk saya. Sebetulnya sebutan ‘teman’ terlalu menyederhanakan. Sebenarnya, saya menganggap mereka sahabat yang hubungannya sama kuatnya dengan saudara sedarah. Iya, inti dari curhatan saya di sini adalah tentang mereka. Tentang betapa bersyukurnya saya dianugerahi teman-teman, ups, sahabat-sahabat, yang bisa saya percayai, yang kepada mereka saya bisa menjadi diri sendiri, bisa berucap sesuka hati tanpa takut menyinggung perasaan mereka, karena mereka tahu hati saya.

Sahabat-sahabat tersebut, adalah orang-orang yang bahkan belum pernah saya temui langsung di dunia nyata. Can you believe that? Mereka adalah orang-orang yang saya kenal lewat situs sejaring sosial dan hanya berinteraksi dengan mereka melalui media tersebut (semoga Tuhan memberkati para pengelola situs jejaring sosial). Mungkin sebagian orang akan menganggap saya naif, mungkin konyol, karena terlalu menganggap serius pertemanan di dunia maya. Tapi percayalah, apa yang saya rasakan (atau saya berani berkata: apa yang KAMI rasakan) adalah suatu hubungan yang lebih dari sekadar “teman pesbuk”, “teman twitter”, “teman Watsapp”, “teman chatting” dan sebagainya. Saya, paling tidak, adalah salah satu dari sekian banyak pengguna jejaring sosial yang merasa beruntung bisa mengenal orang-orang yang kepadanya bisa saya percayakan rahasia-rahasia saya, juga sebaliknya, saya dengan senang hati mendengarkan ungkapan perasaan mereka.

Jangan salah, saya bukannya nggak mempercayai teman-teman sekantor. Saya senang kok, membina hubungan yang baik, bahkan karib, dengan mereka. Hanya saja, untuk mendapatkan chemistry yang kuat itu nggak mudah. Di kantor, ada satu orang yang sering saya recoki (baca: curhat) tentang pendapat, buah pemikiran, bahkan kegelisahan-kegelisahan saya. Namun, entah mengapa ada bagian dalam diri saya yang merasa nggak sepenuhnya bebas dengan kondisi tersebut. Seolah saya seperti memiliki kontrol yang kelewat kuat untuk membuka diri terhadapnya. Beda halnya dengan yang saya rasakan terhadap dengan sahabat-sahabat saya tadi. Saya merasakan kenyamanan yang lebih, bahkan sebelum saya bertemu muka dengan mereka.

Kemarin, saat sedang makan malam dengan beberapa teman, salah satu dari mereka sempat menanyakan dua orang yang kelihatan sangat-kelewat-akrab-banget dengan saya di dunia maya. Dan coba tebak, mereka kaget saat tahu saya belum sekalipun bertemu dengan sahabat-sabahat saya itu. “Hah? Serius lo belum pernah ketemu mereka?” Saya hanya tersenyum dan mengangguk dengan anggun (abaikan bagian anggun-nya).

Well, saya nggak berharap melalui racauan ini, saya dapat mengubah pendapat orang lain tentang apa yang saya rasakan. Tapi setidaknya, saya ingin mengungkapkan rasa terima kasih saya kepada mereka. Saat berinteraksi dengan mereka tadi siang, sebagian besar beban pikiran saya seolah lenyap. Mungkin  mereka nggak tahu betapa tertekannya saya tadi. Betapa inginnya saya mengabaikan semua tugas dan tanggung jawab saya lalu pulang saja ke rumah dan tidur (bagaimanapun, saya nggak mungkin melakukan itu, hehehe). Tapi satu yang pasti, berkat mereka, semangat juang saya (halah) kembali lagi. Saya kembali mengerjakan tugas-tugas saya dengan senyum mengembang. Saking bahagianya, mata saya jadi berkaca-kaca...  dalam hati saya berucap, “Gawd, I really love them!” Saat mengetik ini pun, dada saya masih sesak oleh bahagia. Saya sempat menulis tweet tentang perasaan saya terhadap dua mahluk  itu. Sialan. Mungkin itu tweet ter-mellow saya awal September ini.

Sahabat tidak mengekang, hanya mengingatkan. Dan that’s what I love about them.

Jika saya punya lampu ajaib dan jin baik hati yang mau mengabulkan permintaan-permintaan saya, salah satu yang inginkan adalah semoga kebersamaan ini nggak pernah berlalu (yak, mari kita bernyanyi… “kemesraaan ini… janganlah cepat berlaluuu..” *dilempar toa*). Jelas saya ingin bertemu dengan mereka di dunia nyata. Namun tanpa bertemu pun, saya merasa mereka begitu dekat, seolah nggak terpisah jarak. Mereka seperti hanya tinggal beberapa meter dari rumah saya, dan kalau ingin, kami bisa bertemu kapan saja, walau nyatanya untuk bertemu betulan, kami harus melintasi laut dan zona waktu yang berbeda.

Jarak seolah tak terlihat, saat kau bisa menemukan sahabatmu, kapanpun kau membutuhkan mereka.

Teruntuk kuntilanak dan jailangkung, thanks for the sweetest times (sometimes, the hard times) that we spent together, although I never met you both in real life. Saya harap, semoga kita bahagia dengan kehidupan yang kita jalani masing-masing. *ambil tisu*

Minggu, 06 Mei 2012

Postingan Dini Hari

Hai-hai. Gimana malam mingguannya? Having fun? ;)

Hari ini saya mampir di dua toko buku. Pertama, saya ke toko buku di dekat rental komik langganan saya, niatnya sih, liat-liat doang. Brrr... ngiler banget ngeliat buku-buku yang masuk wish list saya tergeletak dengan manisnya di  rak buku; Sunset Bersama Rosie, Rembulan Tenggalam di Wajahmu, dan The Mortal Instruments Series. Nyaris saja saya membawa pulang Sunset Bersama Rosie, ketika teringat bahwa saya baru mulai membaca New Moon (kebetulan baru selesai baca Twilight). Dengan penuh perjuangan, saya berhasil melewati pintu keluar toko tanpa membeli satupun buku. Ini rekor!

Kedua, waktu jalan-jalan di mall tadi, saya mampir di Bookland. Sayang sekali, saya nggak kuasa menahan nafsu saat melihat Catching Fire, lanjutan dari The Hunger Games. Tangan saya seolah bergerak sendiri saat mengambil buku itu dari rak dan membawanya ke kasir (kedengaran lebay nggak sih?). Kembali saya teringat pada New Moon! Tapi terlambat. Kasir sudah men-scan barcode Catching Fire. Saya harus segera membayarnya.

Coret rekor saya yang tadi.

So, here I am. Kebingungan. Antara membaca New Moon duluan, ataukah Catching Fire—yang juga sudah menjerit minta segera dibaca. Ditambah lagi saya belum juga menulis review The Hunger Games dan Dimsum Terakhir. Bukan apa-apa sih, toh nggak ada yang memaksa saya menulis menulis review. Saya ingin menulis review supaya tidak lupa. Ingatan saya memang buruk. Dengan menulis review-lah, menurut saya, cara agar saya nggak lupa pada buku-buku cerita yang sudah saya baca—meskipun ide tersebut baru belakangan ini saja saya gagas.

Catching Fire vs New Moon

Wow, sudah jam 2 dini hari! Bukannya menulis review, saya malah keasyikan blogwalking dan facebook-an… dan update blog. Haha.

Euh, kok lapar ya? Ngemil kue yang tadi dibeli di Mirasa Café kayaknya asyik. :P

Mau? Ini, silakan dinikmati... gambarnya. Hehe.

Hmmm...

-11-

Selasa, 01 Mei 2012

"Welcome, May"


Selamat tinggal, April. Selamat datang, Mei. ^^

Bulan April cukup menyenangkan. Salah satu penyebabnya adalah karena saya membaca buku yang begitu membekas di benak saya ketika kecil. Baca review bukunya di sini.

Ah, nggak terasa sebulan sudah berlalu. Dan kini kita sudah memasuki bulan ke-5 di tahun 2012 ini. Semakin dekat menuju kiamat, ya? *PLAK!* Abaikan. Abaikan.

Di bulan ini saya berencana membuat blog baru yang khusus membahas buku. Akhir-akhir ini gairah membaca saya memang semakin meningkat. Saya betul-betul bertekad menyesaikan membaca semua buku yang (sudah lama dibeli tapi) belum dibaca.

Bulan ini saya akan ada ujian UT. Agh. Memikirkan itu langsung membuat mood saya jadi jelek. Melihat buku pelajaran yang tebal memang nggak semenyenangkan ketika melihat novel-novel, setebal apapun novel itu.

Mei ini saya menargetkan membaca minimal 5 buku (no, nggak termasuk buku pelajaran!). Bulan kemarin sukses membaca 4 buku, dan menurut saya itu sudah lumayan. Buku-buku tersebut adalah:

1. Si Cacing dan Kotorang Kesayangannya #1
2. Cewek Paling Badung di Sekolah (Si Badung #1)
3. The Hunger Games (The Hunger Games #1)
4. Dimsum Terakhir

Oh, dan satu komik: Detektif Conan Seri Animasi TV #11 (sengaja dimasukin biar nambah jumlah bacaan. Wakakaka.)

Segitu aja dulu.

Selamat Hari Buruh.

Dan selamat hari gajian. :P


-11-

Senin, 30 April 2012

Dua Buku di Akhir April

Hari terakhir di bulan April. Dan saya betul-betul miskin! Bahkan permintaan transfer dari Ibu pun tak bisa saya sanggupi, harus menunggu sampai gajian besok. Sedihnya... :(
*anak durhaka*
*jedutin kepala di tembok*
*kutuk diri sendiri jadi ganteng*
*eh*

Abaikan racauan di atas. Seminggu nggak update nih. Bahas apa ya bagusnya? Gimana kalo buku? (Jiaaaah... buku lagi?) Ya mau gimana lagi. Soalnya bukulah hal menarik dalam hidup saya yang membosankan ini... *uhuk* *muntah darah*

Seminggu kemarin saya menyelesaikan membaca dua buku.

Buku pertama, The Hunger Games oleh Suzanne Collins. Harus saya akui buku ini memang sangat-sangat keren! Sudah lama Nath berusaha 'meracuni' saya agar membaca buku ini. Saya bilangnya nanti-nanti terus, sampai akhirnya film The Hunger Game dirilis. Yeah, seperti biasa, saya cuma bisa penasaran sama filmnya karena di sini nggak ada bioskop. Tapi saya menonton trailernya di youtube. Saya langsung dibuat merinding pada adegan Katniss mengajukan diri 'as a tribute' menggantikan adiknya untuk berlaga di The Hunger Games. Saya pun tergerak untuk membaca novelnya. Thanks banget buat Nath atas usahanya mengenalkan The Hunger Games kepada saya. Really love it! *hugs, hugs* Berikut trailer film The Hunger Games yang membuat saya merinding itu.


 
Buku kedua adalah novel metropop berjudul Dimsum Terakhir karya Clara Ng. Setelah kecewa dengan The (Un)Reality Show, saya berjanji bahwa itulah novel pertama dan terakhir Clara Ng yang saya baca, selanjutnya saya nggak akan membaca bukunya yang lain. Tapi kemudian saya merasa bahwa pemikiran tersebut sangat nggak adil. Karenanya saya mencari novel Clara lainnya, salah satu yang berbaik menurut rekomendasi beberapa teman, yaitu Dimsum Terakhir. Setelah selesai membaca, saya setuju bahwa novel ini memang jauh lebih bagus dari The (Un)Reality Show. Dimsum Terakhir menambah wawasan saya tentang kehidupan warga keturunan Cina di Indonesia. Ceritanya ringan, namun sangat informatif. Novel ini sukses membuat saya membuang jauh-jauh pikiran picik saya tentang Clara Ng. Next time pastinya saya akan membaca karya Clara Ng yang lain. :)

Review The Hunger Games dan Dimsum Terakhir menyusul nanti yah.

Ngomong-ngomong, belakangan ini posting saya terlalu banyak membahas buku. Sempat terpikir untuk membuat blog baru yang khusus membahas buku, terutama buku-buku yang sudah saya baca, baik buku lama maupun buku baru. Sepertinya lebih asik begitu.


-11-

Senin, 23 April 2012

Selamat Hari Buku Sedunia [2012] ^^

Ternyata hari ini adalah World Book Day. Nggak bakalan ingat kalau nggak dikasih tahu salah seorang teman lewat WhatsApp. Ck, pembaca buku macam apa saya ini?

Happy World Book Day, guys! ^^ Mengutip kalimat Si Kacang di facebook saya, "Semoga ke depannya lebih dan lebih banyak lagi buku yang sempat kita baca." (Amiiin...)

Memang betul sih. Begitu banyak yang mesti kita lakuin; belajar, bikin tugas, bekerja, sesekali hang out, membuat waktu membaca kita makin berkurang. So many books, so little time, huh? Di tempat saya ada begitu banyak buku yang tertumpuk rapi di pojokan, beberapa di antaranya bahkan masih disegel plastik, belum terbaca saking terbatasnya waktu. Sepertinya (dan memang kenyataannya begitu) saya lebih banyak membeli buku baru ketimbang menyelesaikan buku bacaan saya. Baru-baru ini saja saya sudah kalap membawa pulang beberapa buku gara-gara toko buku langganan saya, Bookland, menggelar diskon yang lumayan bikin ngiler. Novel-novel dihargai 25-30ribu rupiah. Kebanyakan novel-novel terbitan Bentang Pustaka. Bayangkan, novel yang harga aslinya sekitar 50-70ribu, dipangkas lebih dari setengah harga, siapa nggak kalap coba?


Begitulah. Akhirnya kamar kost saya yang luasnya tak seberapa itu kini dipenuhi buku-buku. Saking menumpuknya, saya sampai ngeri membayangkan bagaimana jika nanti saya dimutasi ke daerah lain. Gawd, mengepak buku dan mengirimnya bukan perkara mudah kan? Er... mungkin mudah, tapi ongkos kirimnya MAHAL. Buku kan berat. Ya, tergantung juga di mana nanti saya dimutasi sih. Agh! Ngomongin mutasi memang bikin galau. Mungkin saat mutasi nanti, buku-buku yang sudah saya baca akan saya hibahkan saja buat teman-teman di Mataram yang memang gemar membaca. Hitung-hitung mengurangi beban saat pindah nanti. (Anjir, pede banget gue, kayak yakin bakal kena mutasi aja. Cuih!)



Gosip yang beredar, bulan depan bakalan ada SK mutasi. Antara berharap dan tak berharap juga sih. Maksud saya, saya sedang dalam keadaan tak ingin direpotkan oleh urusan pindahan. Tapi kalau memang saya terangkut SK mutasi, toh saya tak bisa menolak. Dan mau tak mau, saya harus membaca sebanyak-banyaknya buku yang belum terbaca, sebelum akhirnya saya hibahkan kepada mereka yang beruntung (ceileee). Iya dong, saya kan nggak mau rugi. :P

Wew, sudah jam segini. Lanjutin baca The Hunger Games barang beberapa halaman, ah. Nyicil, Darling... Hehe. Duh, di saat-saat seperti ini saya sangat berharap punya kemampuan membaca super-cepat.


-11-

Kartini dan Twit Windy

Selamat Hari Kartini. Well, memang agak telat mengucapkan ini. Sudah tabiat saya sering telat. Bahkan membaca The Hunger Games saja telat. Haha.

Oya, saya tadi sempat mengecek twitter salah satu 'Kartini' favorit saya, Mbak Windy Ariestanty. Twitnya tentang biografi R.A. Kartini bikin saya penasaran. Kapan-kapan pengen nyari bukunya ah. :)


Dan ada satu info menarik dari salah satu twit di atas. Mbak Windy ternyata sedang mengerjakan buku terbarunya! Wah, tak sabar rasanya menunggu bukunya selesai. ^^


-11-

Jumat, 20 April 2012

[Review Buku] Cewek Paling Badung Di Sekolah

Penulis: Enid Blyton
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Terbit: Maret 2012
Tebal: 272 halaman

"Tidak," isak Elizabeth. "Tak seorang pun menyukaiku. Semua orang ingin membuatku sedih"

"Bukan begitu. Masalahnya adalah semua orang terlalu menyayangimu," kata Nona Scott. "Kau cantik, periang, kaya raya. Karena itulah semua orang memanjakanmu. Semua menyukai penampilanmu, caramu tersenyum, caramu berpakaian. Semua tak bosan-bosan memujimu, membelamu, menyayangimu. Dan mereka memanjakanmu. Padahal akan lebih baik bila kau diperlakukan seperti anak-anak lainnya saja. Tetapi tak cukup bagi seseorang untuk hanya memiliki wajah cantik dan senyum ceria. Untuk menjadi anak yang baik, kau harus memiliki hati. Hati yang baik."

(hlm. 13)
Cewek Paling Badung di Sekolah merupakan seri pertama dari empat seri utama serial 'Si Badung' karya Enid Blyton. Meski saya tak banyak membaca karya-karya Enid Blyton yang lain (Lima Sekawan, Sapta Siaga, dll), saya termasuk beruntung sempat membaca buku ini waktu kecil.

Buku ini berkisah tentang Elizabeth Allen, 11 tahun, berparas manis, kaya, dan manja. Saking manjanya, ia jadi kurang ajar. Kelakuannya sangat nakal. Selama ini ia menjalani homescholling seperti anak-anak kaya lain di Inggris pada masa itu. Nona Scott, satu-satunya guru privat Elizabeth tak tahan menghadapi kelakuan nakal Elizabeth, memutuskan untuk berhenti. Orang tua Elizabeth akhirnya memutuskan mengirimnya ke sekolah Whyteleafe.

Elizabeth tidak suka keputusan orang tuanya. Ia mati-matian berusaha agar tidak dikirim ke Whyteleafe. Sayang keputusan orang tuanya sudah bulat. Mau tidak mau, Elizabeth tetap harus bersekolah di sana. Namun gadis itu punya rencana sendiri. Ia akan bersikap sangat-sangat nakal dengan harapan agar pihak sekolah mengeluarkannya. Ia kerap melanggar peraturan dan selalu bersikap kasar pada teman-temannya. Oleh karenanya, ia sering mendapat hukuman. Namun ia tidak peduli. Suatu saat ia bertemu dengan Joan, murid yang pendiam, tak punya  teman, dan terlihat sangat tidak bahagia. Elizabeth jatuh kasihan pada anak itu, dan memutuskan untuk menjadi temannya, meski pada awalnya Joan menolak berteman dengan Elizabeth dikarenakan kelakuannya yang kelewat badung.

Pihak sekolah akhirnya memutuskan bahwa jika sampai tengah semester nanti Elizabeth mampu bersikap baik, maka ia boleh memilih untuk pulang ke rumah atau tetap tinggal di sekolah. Elizabeth menyetujui kesepakatan tersebut. Seiring berjalannya waktu, gadis itu mulai menyukai sekolahnya. banyak hal menyenangkan yang bisa dilakukan. Pelajaran-pelajarannya menyenangkan, teman-temannya juga mengasyikkan. Ia termasuk anak yang paling pintar di sekolah itu. Sebenarnya Elizabeth ingin tetap tinggal di sekolah, kalau saja ia tidak terlalu keras kepala mempertahankan pendiriannya. Lagi pula, ia sudah terlanjur mengumumkan pada semua orang di Whyteleafe bahwa ia membenci sekolah itu dan tetap ingin pulang.


Buku ini sangat baik dibaca oleh anak-anak, karena banyak pesan moral yang terkandung di dalamnya. Saya suka ceritanya. Elizabeth sebenarnya anak yang baik dan berhati lembut. Ia gadis yang penuh percaya diri dan teguh pendiriannya. Sayangnya ia terlalu keras kepala. Sekolah Whytealfe juga sangat menyenangkan. Sekolah ini memiliki guru-guru dan murid-murid yang menarik. Elizabeth belajar banyak hal di sekolah ini, tertutama bagaimana cara bersikap yang lebih baik. Saya betul-betul jatuh cinta pada tokoh Elizabeth dan, tentu saja, sekolah Whyteleafe. Waktu kecil dulu, saya pernah berharap bisa bersekolah di sana… sebelum akhirnya saya diperkenalkan pada Hogwarts oleh J.K. Rowling. :)

5/5 bintang untuk buku yang sangat memikat ini.


-11-

Gambar diambil di sinidi sini, dan di sini.

Senin, 16 April 2012

Si Badung, Si Mesin Waktu


"Dear, Cewek Paling Badung Di Sekolah, kutunggu dirimu dalam genggamanku."
Begitulah kalimat penutup pada postingan saya di sini. Ketika itu saya memang bersemangat untuk segera memiliki buku karya Enid Blyton yang (terima kasih, Tuhan!) dicetak ulang tersebut . Tapi kemudian saya ingat, saya kan harus membelinya secara online sebab toko buku di Mataram cenderung terlambat mengupdate  buku-buku dagangannya. Dan itu berarti saya harus membeli lebih dari satu buku, biar tidak rugi. Jadi, saya wajib menyisihkan lebih banyak uang. Dengan berpikir seperti itu, keinginan saya untuk segera memiliki buku masa kecil saya tersebut bisa sedikit diredam.

Namun kenyataan berkata lain. Sabtu siang, saat selesai menonton teman-teman bermain futsal di mall (sudah, jangan ditanya kenapa saya tak ikut bermain), saya berkeliling sebentar. Salah satu tempat favorit saya di mall, bisa ditebak, adalah toko buku. Anggapan saya bahwa toko buku di Mataram sering terlambat mengupdate buku-buku kali ini keliru. Tumben sekali toko buku ini begitu cepat mengupdate dagangan mereka? Atau, mungkinlah ini efek dari Law Of Attraction? Di saat kamu begitu menginginkan sesuatu, alam semesta, entah bagaimana caranya, akan berusaha mewujudkannya untukmu.

Di toko buku itu, saya menemukan deretan buku serial Si Badung tergeletak manis di salah satu rak. Mereka menatap saya. Menjerit-jerit riang minta dibeli. Oh God! Lihat, betapa manisnya mereka. Betapa memikatnya warna-warni cover baru mereka!


Untung saja saya tak membawa banyak uang di dompet. Kartu kredit pun sudah saya simpan baik-baik di dalam laci di kamar kost. Meski ke-4 buku cantik itu berseru-seru minta dibeli semuanya, saya akhirnya (dengan sedikit terpaksa) hanya membeli sebuah buku saja, seri pertama, judulnya "Cewek Paling Badung di Sekolah." Keinginan saya untuk membeli buku ini lebih karena unsur nostalgia-nya. Waktu SD, inilah buku 'tebal' pertama yang saya baca. Dan sejak saat itu, saya memutuskan bahwa membaca adalah kegiatan yang sangat menyenangkan. Saya masih ingat inti cerita buku ini, namun saya lupa detail peristiwanya. Maka, tak ada salahnya, pikir saya, untuk membaca lagi buku yang membuat saya betul-betul jatuh cinta pada kegiatan membaca.

Begitu sampai di kost, saya langsung menyobek segelnya dan mulai membaca. Benar-benar sesuai harapan. Kalimat pertamanya saja sudah membuat saya senyum-senyum sendiri. Saya seperti naik mesin waktu. Saya kembali ke masa kecil, ketika saya tengah membaca buku ini sambil telungkup di atas tempat tidur. Ibu berulang kali menegur saya karena membaca dengan posisi yang tak baik bagi mata. Seingat saya, saya tak betah berlama-lama membaca sambil duduk. Segera saja saya kembali ke posisi semula, telungkup, tak lama setelah Ibu berlalu. Hingga kini pun kebiasaan (buruk) itu belum hilang. Membaca sambil tiduran memang paling pewe sih. Hehe.

Ah... kenangan yang indah. Memang benar kata orang, "kenangan adalah harta yang tak ternilai." Tentu saja yang dimaksud adalah kenangan indah. Saya jadi kangen Ibu.



Saat ini saya sudah selesai membaca "Cewek Paling Badung di Sekolah." Buku yang betul-betul bagus. Saya akan me-review-nya nanti. :)


-11-

Senin, 09 April 2012

Back To Gili Trawangan

Image from http://lombokdiving.com

Akhirnya ke Gili Trawangan lagi. Terakhir kali saya ke sana tepat setahun yang lalu bersama beberapa teman semasa kuliah. Sabtu kemarin, saya kembali ke Gili Trawangan, kali ini bersama teman-teman kantor yang beberapa di antara mereka membawa serta keluarganya. Seperti biasa, acara jalan-jalan selalu membuat saya excited, bahkan ke Gili Trawangan sekalipun, yang sudah saya kunjungi sekian kali (halah).

Gili Trawangan makin ramai saja, karena selain dipenuhi pengunjung lokal, turis-turis mancanegara pun tak sedikit yang berkunjung ke pulau ini. Bahkan di malam hari suasana di Gili Trawangan seperti bukan di Indonesia saja. Bule are everywhere! Itu yang saya alami tahun lalu ketika menginap di sana. Tapi kali ini, tak semua dari rombongan yang menginap. Hanya dua keluarga saja. Saya pun memang tak ada rencana menginap.

Pantainya? Jangan di tanya deh. Masih bagus seperti biasanya. Cuma ya itu tadi. Ramai banget. Apalagi saat akhir pekan. Hamparan bule (wow!) yang berjemur hanya dengan berbikini merupakan pemandangan lumrah di sini. Mungkin kedengaran ndeso, tapi saya sengaja membawa kacamata hitam, selain untuk melindungi mata dari matahari, saya juga bisa leluasa memandangi bule-bule berbikini itu. Hahaha.

Salah satu hal yang saya sukai saat jalan-jalan bersama keluarga teman-teman, adalah karena saya bisa bermain-main dengan anak-anak mereka. Ketika bermain di pantai, saya berusaha menjaga mereka agar tidak ke bagian pantai yang dalam. Pasangan bule yang berjemur tak jauh dari tempat kami tersenyum melihat betapa serunya kami (atau… jangan-jangan mereka mengira saya ini semacam pedofil? Ugh...). Yang mengejutkan, tak lama kemudian mereka turun ke pantai di dekat kami dan… OH MY GOSH, MEREKA CIUMAN di dekat saya dan anak-anak! (bikin iri saja *eh*). Saya pun kerepotan mencari bahkan lawakan cara agar anak-anak ini tak melihat perbuatan mereka. Hadeh...

Overall, saya cukup puas dengan acara jalan-jalan kali ini. Jadi kepingin jalan-jalan lagi. Mumpung masih di Lombok. :)


-11-

Berhenti sebentar di Malimbu #1
Berhenti sebentar di Malimbu #2
Menyeberang ke Gili Trawangan #1
Menyeberang ke Gili Trawangan #2
@Gili Trawangan #1
@Gili Trawangan #2
@Gili Trawangan #3
@Gili Trawangan #4

Minggu, 08 April 2012

Happy Easter 2012


Selamat Paskah! :)
KebangkitanNya adalah kemenangan bagi kita semua.
...
...

"Tumben waras, Pan?"

-11-


Gambar diambil di sini.

Rabu, 04 April 2012

Marah-Marah


Membaca buku Ajahn Brahm (versi terjemahan dari "Opening the Door of Your Heart") memang mengasyikkan. Saya seperti mendengar sahabat bercerita, alih-alih merasa digurui. Hanya saja, ternyata tak mudah mempraktikkan saran-saran bijak beliau dari dari buku tersebut--setidaknya bagi saya. Ambil contoh bahasan tentang "Kemarahan". Pak Ajahn, dalam bukunya tersebut, dengan segala kerendahan hatinya berusaha mengingatkan kita bahwa marah bukanlah respon yang cerdas. Beliau menceritakan kisah-kisah tentang dampak tak baik dari sebuah amarah, berikut 'tips' bagaimana mengendalikan rasa marah.

Tiba-tiba, seperti sebuah kebetulan, hari ini saya dihadapkan pada kondisi yang membuat amarah dalam diri saya menyala-nyala seperti api unggun yang kelebihan kayu bakar. Bayangkan sebesar apa api unggun kemarahan saya. Rasanya cukup besar sampai-sampai sanggup membakar tubuh saya sendiri. Saya menyumpah, memaki, menggerung, atau 'sekadar' melontarkan kalimat-kalimat yang pelan namun menyayat seperti silet. Lihatlah betapa 'tidak cedasnya' saya.

The worst part is, jika biasanya saya menyesal telah marah-marah kemudian minta maaf, tumben, hingga saat saya menulis ini, saya tak merasa menyesal sama sekali.

...

...

Apa saya yang sudah berubah ya? Sepertinya sih begitu. Beberapa tahun terakhir ini saya merasa seperti beralih peran menjadi antagonis.

Entahlah.


-11-

Minggu, 01 April 2012

Maret, Bulan Yang Menguras Kantong

Karena bulan ini rupanya saya memecahkan rekor dalam berbelanja novel. Duh ya, padahal saya sudah berjanji pada diri sendiri untuk nggak belanja novel lagi, mengingat di kos masih banyak novel yang belum terbaca. Namun kebiasaan membeli impulsif saya susah dihilangkan. Jadilah Maret kemarin saya memecahkan rekor terbanyak saya sendiri dalam berbelanja novel. Ada lebih dari 10 novel yang saya beli Maret kemarin. Ampun. Saya cuma bisa geleng-geleng kepala saat melihat tumpukan novel bertambah lagi.

Pertama, ketika saya tiba-tiba teringat pada anime Ninja Rantaro yang saya sukai karena ceritanya yang super-kocak (dulu pernah tayang di Indosiar). Maka saya memutuskan untuk hunting komiknya di FJB (Forum Jual Beli) Kaskus. Hasilnya, saya nggak hanya membeli komik, tapi juga kepincut pada beberapa judul novel yang pernah direkomendasikan teman di goodreads: Kana di Negeri Kiwi, Celebrity Wedding, dan Crash Into You. Semuanya bekas.


Kedua, saya mendengar kabar bahwa novel terbaru Christian Simamora sudah terbit! Sebagai salah satu fans setia Chris yang sudah lama menanti-nanti karya terbarunya, maka saya merasa wajib membeli novel terbaru Chris yang berjudul Good Fight itu. Saat mengunjungi toko buku, saya nggak menemukan novel tersebut. Maka jalan satu-satunya adalah membeli lewat toko buku online langganan saya, bukabuku.com. Seperti yang sudah-sudah, saya merasa rugi kalau hanya membeli sebiji novel di toko buku online (meski harga buku-bukunya di diskon hingga 15%, ongkos kirimnyalah yang membuat harganya jadi lebih mahal). Oke, dua novel sepertinya cukup. Tapi lagi-lagi saya kebablasan. Ujung-ujungnya saya membeli 4 biji: Good Fight, Karena Kita Tidak Kenal (kumpulan cerpen yang pernah direkomendasikan Dindut), Si Cacing dan Kotoran Kesayangannya (kebetulan sudah lama saya ingin membaca buku ini), dan terakhir adalah buku terbaru Primadona Angela, How To Be A Writer.


Ketiga, gara-gara twitter. Wow, ada apa dengan twitter? Jadi, belakangan ini TL twitter saya dipenuhi cuap-cuap teman yang heboh membahas film The Hunger Games. Nggak hanya teman, beberapa akun twitter yang biasanya mempost tweet-tweet lucu juga latah membahas film The Hunger Games. Ditambah lagi, saya tiba-tiba teringat tweet-tweet Nath yang selama berbulan-bulan berusaha ‘meracuni’ saya agar membeli novelnya. Jadilah saya membeli novel tersebut. Kali ini saya berusaha sekuat tenaga agar nggak langsung membeli buku kedua dan ketiga (just so you know, The Hunger Games dalah novel trilogi).


Terakhir (sumpah, ini yang terakhir), kali ini adalah murni keBEGOan saya sendiri. Di siang bolong saat jam istirahat kantor, entah setan apa yang merasuk otak saya, saya tiba-tiba kabur ke toko buku. Tak apalah, pikir saya, toh akhir bulan juga ini. Dompet nyaris nggak ada duitnya sama sekali. Lihat-lihat doing nggak dosa kan? Lihat-lihat doing kepala gue! Setibanya di toko buku, lapar mata saya tiba-tiba nggak bisa dibendung sama sekali. Saat mengintip dompet, ooooh yeaaah... ternyata… ternyata… ADA KARTU KREDIT!!! Kambiiiiing. Sudah di sini, rugi rasanya kalau nggak beli apa-apa. Yeah, saya kalah. Beberapa novel akhirnya saya ambil secara random (oke, nggak ramdom-ramdom amat juga): American Gods (asli, penasaran banget sama karya Neil Gaiman yang ini), Assassin’s Creed Renaissance (sebagai gamer malang yang belum sempat memainkan gamenya, maka saya ambil novel ini sebagai alternatif), 24 Wajah Billy, dan terakhir, Goodnight Tweetheart (covernya imut-imut, nggak nahaaan!).


Begitulah. Ditotal-total ada 12 buku plus komik Ninja Rantaro. Mau nangis rasanya kalau ingat sekian ratus ribu duit yang saya hambur-hamburkan cuma gara-gara nggak bisa mengontrol kebiasaan-impulsif-belanja-buku saya.

Baru saja saya (lagi-lagi) berjanji untuk nggak belanja buku di April ini, tiba-tiba saya dikejutkan oleh kabar bahwa novel jaman kanak-kanak yang selama ini saya cari-cari ternyata dicetak ulang, dengan cover baru yang lebih lucu. Yap, Gadis Paling Badung Di Sekolah karya Enid Blyton ternyata DICETAK ULANG! Grrr… mana mungkin saya nggak beli buku ini??? Hei, sudah lama lho saya cari-cari buku ini. Oh iya, nggak cuma ganti cover, judulnya juga diubah sedikit. Kini judulnya Cewek Paling Badung Di Sekolah. Whatever-lah, yang penting ceritanya nggak berubah kan? Daaaan bisa dipastikan dalam waktu dekat ini saya akan belanja buku lagi. Berdosa rasanya kalau sampai nggak beli novel itu. Dear, Cewek Paling Badung Di Sekolah, kutunggu dirimu dalam genggamanku.

PS:
SOMEBODY HELP ME!!!


-11-

Sabtu, 31 Maret 2012

Hometown Glory

 

Belakangan ini Adele terkenal banget ya? Saya nggak nyangka Adele yang saya kenal sejak 2010 itu akan setenar sekarang. Kalau dulu di kantor hanya saya yang gemar memutar lagu-lagu Adele (thanks to Pak Boss yang nggak melarang anak buahnya memutar musik di jam kerja—asal nggak terlalu kencang, hehe), now I’m not the only one. Saat ini, hampir dimana saja saya bisa mendengar lagu-lagu Adele. Mulai dari di playlist komputer saya sendiri, di playlist komputer teman, di mall, hingga di tv (terutama acara infotainment, mereka sering banget menjadikan lagu-lagu Adele sebagai background music untuk info selebritas yang mengalami kegagalan cinta [anjir bahasa gue!]—salah satunya Jupe yang putus dari Gaston [dobel anjir, ternyata gue ngikutin berita itu!]). Well, nama Adele memang semakin melambung sejak memenangkan enam Grammy Award 2012.

Pertama kali saya tahu Adele adalah lewat lagunya yang berjudul Hometown Glory, salah satu lagu dalam album kompilasi nominasi Grammy 2010. Lagu ini, entah mengapa, membuat saya terkenang pada kampung halaman saya.

Tiba-tiba saya merasa rindu pada Airmadidi, kota kecil tempat saya tumbuh itu. Rindu pada penghuninya yang gemar bergosip. Rindu pada pasar tradisionalnya yang becek dan beraroma ikan, pada pedagang obat yang suka melontarkan kalimat-kalimat lucu untuk menarik minat pembeli, pada sayuran segar yang dijual oleh ibu-ibu tua berpakaian lusuh yang berjongkok di depan dagangannya, pada delman yang bau tahi kuda, pada para pembelinya yang gemar menawar dengan sangat-sangat Afgan alias “sadis” (salah satu penawar “sadis” tersebut adalah Ibu saya sendiri. Saya ingat, waktu kecil saya sering diajak Ibu ke pasar, dan saya malu banget saat Ibu mulai menawar ala Afgan. Herannya, Ibu saya selalu sukses menawar! Apa rahasianya ya?). Saya rindu geraja yang (insert ‘jarang’ here) saya kunjungi setiap hari Minggu, meski tak pernah membuat saya nyaman, namun saya senang karena di tempat itulah saya bertemu dengan teman-teman dekat. Saya rindu terminalnya, pada angkot-angkotnya yang selalu memutar musik-musik terbaru.

Lebih dari semua itu, saya rindu keluarga kecil saya; pada Ibu, pada Bapak, pada adik laki-laki saya satu-satunya.


Segitu dahsyatnya ya, efek lagu Hometown Glory? Saya aja heran. Lagu itu sanggup membuka pintu ingatan saya akan kampung halaman. Memang, Airmadidi menyimpan banyak kenangan. Kenangan indah. Kenangan tak indah. Kalau mau jujur, ada saat dimana saya merasa luar biasa bosan terhadap kota itu. Bukan hanya bosan. Terkadang saya merasa Airmadidi tak ubahnya sebuah penjara besar. Tangan dan kaki saya seperti dibelenggu. Di kota kecil seperti ini, tak ada tempat buatmu untuk berbuat kesalahan. Keluarga, tetangga, lingkungan, menuntutmu untuk selalu tampil sebagai anak baik dan patuh. And it really sucks, if you know what I mean. Maka tak heran saya merasa gembira ketika dimutasi ke Lombok. Saya bersyukur bisa pergi jauh-jauh dari kampung halaman. Karena dengan begitu saya bisa merasa rindu. Bukankah rindu adalah tanda sayang?

Wah, jadinya curhat nih.

Kembali ke Adele. Sejak jatuh cinta pada lagu Hometown Glory, sejak itu pulalah saya memutuskan untuk menjadi salah satu penggemar penyanyi cantik bertubuh tambun itu. Di saat orang-orang lebih senang mendengar Rihanna dan Katy Perry, saya merasa lebih nyaman dengan suara merdu Adele (jangan salah, saya suka Rihanna dan Katy Perry. Tapi Adele-lah yang paling membuat saya nyaman.). Kini, Adele telah menjadi mainstream. Ngerti maksud saya kan? Dan entah mengapa saya alergi pada hal-hal yang berbau mainstream. Saya juga bingung gimana menjelaskan ini. Ada rasa nggak suka saat sesuatu yang saya sukai juga disukai oleh begitu banyak orang. Bingung? Sama. Ya sudah, mending saya akhiri aja posting nggak jelas ini.

Singkatnya, saya sedang berpikir mencari pengganti Adele untuk sementara ini. Mencari penyanyi lain yang memiliki suara indah serta musik yang asik, namun nggak begitu memiliki banyak penggemar, alias nggak mainstream (apa sih dari tadi mainstream-mainstream melulu lo, Pan!).

Imogen Heap sepertinya oke. Atau ada referensi lain? :)


-11-

Selasa, 27 Maret 2012

Lost and Found: My Dompet!


Tadi pagi petir menyambar kamar kos saya. Saya syok plus panik tingkat kabupaten. Kenapa oh kenapa? Dompet saya hilang! Berkali-kali saya cari, di tas, di saku celana, di jaket kemarin yang saya pakai, hasilnya nihil. Where is it? Where is my fucking precious wallet? Padahal jam tangan digital saya beberapa menit lagi akan mentok pada angka 07.30. Jika nggak segera berangkat ke kantor, maka bisa dipastikan saya terlambat. Dan itu berarti tunjangan saya akan disunat. Argh. Panik panik panik!

Tenang, Pan, tenang..., batin saya. Saya memejamkan mata, menarik napas dalam-dalam, kemudian mencoba mengingat kapan dan di mana terakhir kali saya melihat dompet brengsek itu. Dan... aha, saya ingat!

Jadi, semalam saya dan dua teman saya makan malam di salah satu restoran cepat saji (ayam goreng tepung kw dua gitu). Dompet itu saya letakkan di atas meja, persis di bawah novel yang sedang saya baca (kenapa juga saya nggak manaruh dompet di saku celana seperti biasanya ya? Stupid me!). Ketika akan pulang, saya hanya mengambil novel di meja tanpa melihat dompet di bawahnya. STUPIIIID!!!

Kalau saya beruntung, dompet saya mungkin diamankan oleh karyawan restoran dan siap sedia kalau-kalau sang empunya dompet balik lagi, nanyain dompetnya yang ketinggalan. Tapi kalau saya sial, misalnya diambil pengunjung lain atau bisa jadi ditilep karyawannya sendiri, then I AM FUCKED! Duitnya ilang sih mungkin saya masih rela ya, tapi isi yang lain kayak ATM, kartu kredit, KTP, bukti transfer penting dsb, sumpah mati saya nggak relaaa.

Gue harus balik lagi ke restoran itu, pikir saya. Kalau pagi restorannya bukanya jam berapa ya? Takutnya kalau saya ke sana sekarang, restorannya masih tutup. Tapi itu dipikirin nanti deh. SAYA NYARIS TERLAMBAT KE KANTOR INIH! Untungnya ada teman kantor se-kos dengan saya yang juga baru mau berangkat. Yes! Nebeng motor sama dia ah.

Tiba di kantor, syukurlah nggak terlambat. Tunjangan saya nggak jadi disunat sekian persen. Tapi pikiran saya masih melayang memikirkan dompet cokelat sialan yang dengan begonya saya telantarkan itu. Singkat cerita, saya kembali minta tolong teman yang saya tebengi tadi untuk mengantar saya. Kebetulan, dia salah satu teman yang makan bersama saya semalam. Dalam hati saya berdoa, semoga-semoga-semoga dompet itu ada di sana. Pukul 8 pagi. Restorannya baru buka. Saya mengenali salah satu karyawan yang semalam melayani kami. Saya segera mendatanginya.
“Pagi, Mas,” senyum saya. Agak canggung, by the way.
“Oh. Pagi juga, Mas,” jawabnya.
“Gini, semalam saya sama teman saya,” saya menunjuk teman yang mengantar saya tadi, “makan malam di sini. Nah, dompet saya ketinggalan. Kira-kira Mas lihat nggak dompetnya?”
Dia mengangguk sambil tersenyum. “Namanya siapa, Mas?” tanyanya.
Saya menyebut nama saya.
“Oh, ada Mas. Sebentar ya, saya ambilin dulu.”
Fyuh. Saya lega bukan main. Begitu menerima dompet, saya mengecek isinya. Utuh. Oke, momen selanjutnya awkward banget. Saya bingung bagaimana harus berterima kasih. Mau ngasih duit, saya takut dia tersinggung (halah, bilang aja lo pelit, Pan!). Tapi ngucapin terima kasih doang rasanya kurang afdol. Ah, saya menemukan jalan keluar. Kenapa nggak sekalian saja beli sarapan di sini, bawa pulang? Solusi yang brilian bukan? Yeah, brilian my ass. Siapa tahu Mas-Mas itu justru lebih suka dikasih duit? Oke, abaikan sajalah. Setidaknya, restoran ini sudah mendapat kepercayaan penuh dari salah satu pelanggan mereka (saya, hehe). Next time bakalan sering makan-makan di sini deh. :D

Penutup:
Berkali-kali saya diingatkan bahwa tidak bijaksana menaruh segala macam kartu penting di dompet. (Yeah, lebih tidak bijaksana lagi meninggalkan dompet di atas meja. Bukan cuma nggak bijaksana, itu namanya BEGO!)

Akhirnya, saya lega seperti habis kentut karena nggak jadi lapor polisi. Ya Tuhan, bayangkan kalau dompet saya beneran hilang. Mau nggak mau saya harus ke kantor polisi kan? Sudah harapan ketemunya tipis, saya masih harus direpotkan oleh segala alur birokrasi yang bikin sakit hati.

Thanks to restoran cepat saji kw dua yang punya karyawan jujur. I owe you!


-11-

Senin, 26 Maret 2012

[Review Buku] Good Fight


 Judul: Good Fight
Penulis: Christian Simamora
Penerbit: Gagas Media
Terbit: Maret 2012
Tebal: 524 halaman
“Ngopi-ngopi pagi di atas ranjang sambil ngelanjutin baca Good Fight itu sesuatu banget,” status facebook saya Sabtu pagi kemarin.

Seseorang kemudian mengomentari status saya tersebut. Ega. “Gimana novelnya?” tulisnya.


“Novelnya? Bikin ge panas-dingin! Namanya juga novel dewasa sih ya. Banyak adegan hand to hand, mouth to mouth, aaand... body to body! Tapi cara berceritanya asik banget. Novelnya juga tebel, 500-an halaman gitu. Saking asiknya, udh mau halaman 400 nih. Lucu, kocak, ngegemesin. Lo mesti baca, Darl! Setting ceritanya juga keren banget: High Fashion Magazine gitu. Ih, jadi pingin pindah kerja gw. Haha.”

Yup, novel terbaru Christian Simamora ini memang te-o-pe be-ge-te! Setelah menunggu cukup lama akhirnya penantian saya terbayar sudah. Saya memang menyukai karya-karya Christian sejak duetnya bersama mbak Windy Ariestanty dalam novel Shit Happens (fyi, Shit Happens inilah yang sukses membuat saya menjadi penggemar setia dua penulis itu). Good Fight adalah novel ke-8 Chris setelah sebelumnya menerbitkan Pillow Talk. Sama seperti Pillow Talk, Good Fight masuk dalam kategori ‘novel dewasa’ berkat beberapa adegan panas yang bertebaran di novel ini (Good Fight malah lebih panas dari Pillow Talk lho [menurut saya]. Ehem!).

Novel yang sebagian besar mengambil setting di kantor majalah fashion bernama Mascara ini berkisah tentang Tere dan Jet, dua rekan kerja yang mempunyai hubungan buruk kayak Tom and Jerry. Setiap hari selalu bertengkar, saling ejek, saling menjatuhkan mental satu sama lain. Namun, tragedi terjebak di lift kantor akhirnya mengubah hubungan mereka. Ditambah lagi, mereka ternyata memiliki nasib yang sama: sama-sama menjadi kekasih simpanan. Kesamaan nasib tersebut membuat hubungan mereka yang tadinya kurang harmonis perlahan-lahan menjadi lebih akrab. Bahkan menjadi lebih… uhm, romantis??? Wait, wait… Tere nggak mungkin kan jatuh cinta sama Jet? Jet gitu loh, orang yang selama ini jadi musuhnya! Belum lagi, status mereka masing-masing masih sebagai simpanan orang kan? Tapi Tere nggak bisa membohongi hatinya sendiri, bahwa dia memang mulai ada rasa pada Jet, sebagaimana Jet yang memang sejak awal menaruh hati pada Tere.

Well, inti cerita novel ini memang sederhana. Tentang benci yang berubah menjadi cinta. Tentang musuh yang berubah menjadi kekasih. Meski sederhana, Chris mengemas novel ini dengan sangat menarik, segar, kocak, dan memesona. Ceritanya begitu mengalir, membuat novel setebal 500-an halaman ini begitu nikmat disantap (yeah, otak mesum saya cukup terpuaskan oleh setiap adegan panas di novel ini. Hahaha.). Inilah novel tebal pertama saya tahun ini yang saya habiskan dalam waktu begitu cepat (berbeda dengan Cewek Matre, yang sudah saya telantarkan karena sering ke-distract sama novel lain. Maafkan saya mbak Alberthiene Endah…).

Sayangnya (iya, sayangnya) masih terdapat beberapa typo di novel ini. Saya tak mencatat di halaman berapa saja, yang jelas kesalahan penulisan yang paling sering saya temui adalah penggunaan huruf kecil sesudah tanda baca titik. Mungkin untuk beberapa orang hal ini tak begitu mengganggu, atau bahkan tak disadari sama sekali. Tapi saya (entahlah, mungkin ini penyakit) sangat-sangat mendambakan ketiadaan cela dalam novel yang saya beli, apalagi dari penerbit besar macam Gagasmedia. Eww, saya mulai terdengar menyebalkan ya? Kalau begitu abaikan saja bagian ini.

Akhir kata. Saya memberikan 4/5 bintang untuk novel yang begitu menggigit ini. Ehem. Buat kamu, saya kasih spoiler ya: novel ini HAPPY ENDING! Buat yang belum punya, cepat-cepat beli sanah. Sayang banget kalau novel sebagus ini nggak dijadiin koleksi. :)


-11-

Selasa, 20 Maret 2012

Alamat Blog dan Angin Ribut

Hai. Ganti alamat blog lagi nih ceritanya. Nggak tahu ini untuk yang keberapa kalinya saya mengganti alamat blog. Kali ini saya menggunakan nama: kandangsebelas. Saya memang labil ya? *tertawa hambar*

Ini karena saya sering bertandang ke blog lama penulis favorit saya, Kak Windy. Menurut saya alamat blog Kak Windy cukup unik: kandangwindy. Ia menggunakan istilah ‘kandang’ sebagai representasi dari blog yang menjadi wadahnya untuk menuangkan isi kepalanya, alih-alih ‘rumah’, ‘teras’, ‘bilik’, atau apapun yang terdengar lebih umum. Maksud saya, bukankah kandang adalah tempat manusia mengurung hewan peliharaan atau ternak agar nggak ngeluyur kemana-mana? Tapi justru di sinilah letak keunikannya. Kak Windy dan kandangnya. Memang, hal-hal unik selalu lebih gampang diingat. Saya pun tertarik menggunakan istilah yang sama dengan Kak Windy. Wajar dong kalau saya ingin meniru apa yang menarik dari sosok favorit saya? Pinginnya sih, saya juga ingin meniru gaya menulis Kak Windy yang so-calm-but-so-deepitu. Sudah baca bukunya yang berjudul Life Traveler? Sungguh, setelah membaca buku terbarunya itu, saya makin cinta pada sosoknya yang sangat humanis.

Kembali ke topik alamat blog. Saya memutuskan menggunakan nama yang ada kandang-nya, maka jadilah kandangsebelas. Lalu, mengapa harus 11? Apa yang menarik dari angka tersebut? Karena 11 adalah angka keberuntungan saya. Berdasarkan numerologi tanggal lahir, hasil penjumlahan dari tanggal, bulan, dan tahun kelahiran saya adalah 11. Kandangsebelas = kandang saya, kandang keberuntungan saya. I hope so. :)

Cukup sudah membahas alamat blog. Sekarang, mari kita membahas cuaca (Cuaca? Kayak nggak ada hal lain yang lebih menarik saja!). Ya memang. Karena saya memang sedang nggak punya ide yang lebih brilian untuk entri kali ini. Habis, cuaca di Mataram lagi ganas-ganasnya sih. Hujan dan angin kencang menghantam kota yang saya diami selama hampir empat tahun ini. Dan seumur hidup, baru sekali ini saya merasakan horor akibat angin, sampai-sampai saya jadi susah tidur. Banyak pohon besar di tepi jalan raya kota Mataram yang tumbang oleh angin, bahkan ada yang menimpa kendaraan. Kemarin saya mendengar kabar orang meninggal akibat mobil yang dikendarainya tertimpa pohon. Juga beredar kabar bahwa di kabupaten sebelah banyak rumah yang atapnya diterbangkan oleh angin. Aduh, makin seram saja.

Pohon kenari di depan kantor saya termasuk salah satu pohon yang 'kalah' dan menyerah pada angin. Pohon itu roboh ke jalan raya di sore yang naas itu (halah). Kejadian ini tak memakan korban (selain sang pohon tentunya), namun sempat membuat jalanan macet. Saya dan yang lain makin khawatir. Yah, siapa sih yang nggak khawatir membayangkan ketiban pohon besar saat sedang asyik berkendara menuju rumah?


Dalam hitungan menit, pihak dinas pertamanan kota Mataram langsung membereskan masalah ini. Saya asyik menonton mereka memotong-motong batang dan ranting pohon dengan gergaji mesin kemudian mengangkutnya ke truk. Salah satu hal yang tidak kita lihat setiap hari. :)

Saya bersyukur malam ini gemuruh angin terdengar tak semengerikan malam-malam sebelumnya. Semoga cuaca segera membaik. Dan semoga tak ada lagi pohon roboh, atap melayang, dan kutang beterbangan. (Eh?)


-11-

Rabu, 14 Maret 2012

Postingan di Hari Putih

Happy White Day, guys… :)

Wait… White Day? Hari Putih?

Okeh, copas dari wikipedia nih:
White Day (ホワイトデー Howaito dē) (bahasa Indonesia: Hari Putih) adalah hari memberi hadiah untuk wanita yang jatuh tanggal 14 Maret. Perayaan ini berasal dari Jepang dan bukan tradisi Eropa atau Amerika. Hadiah berupa marshmallow atau permen diberikan sebagai balasan atas hadiah cokelat yang diterima pria sebulan sebelumnya di Hari Valentine. Di zaman sekarang, hadiah yang diberikan untuk wanita yang disenangi dapat berupa bunga, saputangan, perhiasan, atau barang-barang lain yang disukai wanita.

Pertama kali dirayakan tahun 1980 di Jepang, perayaan ini sekarang juga dirayakan di negara Korea Selatan, Taiwan, Hong Kong, dan Indonesia. Perayaan Hari Putih berawal dari strategi koperasi produsen permen Jepang yang ingin meningkatkan penjualan permen. Bahan baku permen adalah gula yang berwarna putih sehingga disebut Hari Putih. Ide perayaan diambil dari "Hari Marshmallow" yang merupakan acara promosi kue marshmallow Tsuru no ko yang diadakan toko kue di kota Fukuoka.

Terus kenapa saya tiba-tiba membahas ini? Hmm. Tak bermaksud apa-apa sih. Mungkin karena tadi pagi saya membaca status facebook teman tentang White Day. Lagipula, saya kan tak punya kekasih untuk diberi sesuatu di Hari Putih ini. Juga, saya tak menerima cokelat dari siapapun ketika Valentine, jadi saya tak wajib memberikan ‘balasan’ apa-apa kepada siapapun. (Sounds like curhat ya? Hahaha.)

Bicara soal White Day, mau tak mau saya teringat Valentine’s Day Februari kemarin. Buat saya yang jomblo ini (sengaja diungkit-ungkit terus, kali aja ada yang kasihan dan mau jadi pacar saya. Hahaha), Valentine’s Day tak memiliki dampak lain selain rasa sirik melihat orang lain ber-romantis-ria bersama pasangan mereka masing-masing. Maka sebagai tameng kegalauan, saya menetapkan tekad: bahwa bagi saya, mengungkapkan kasih sayang tak seharusnya dilakukan saat Valentine’s Day saja! (Iyaaa, saya tahu kalimat itu basi banget). Meski begitu, tetap saja saya ingin mengucapkan selamat Valentine kepada seseorang. Akhirnya, yang beruntung mendapatkan ucapan spesial dari saya (halah), adalah seorang sahabat dekat saya. Yang kepadanya saya tak ragu menunjukkan diri sejati saya. Yang kepadanya saya sanggup memperdengarkan keluh kesah saya, sementara yang lain hanya mau melihat tawa gembira saya. Well, saat ini saya memang terdengar melankolis. Tapi jujur, ketika mengucapkan selamat Valentine kepada sahabat itu, hati saya begitu riang. Saya dipenuhi rasa syukur karena Tuhan begitu baik menitipkan orang seperti dia dalam hidup saya yang nyaris tak memiliki arah ini. Meski saya belum pernah sekalipun bertemu langsung dengan dia.

Kembali ke hari Valentine. Memang, saya tak mengharapkan mendapat cokelat maupun ucapan selamat (ingat kan, saya nggak punya pacar? Iya, diulang lagi. Haha). Tapi ternyata ada satu orang yang menelepon saya. Ibu saya. “Selamat hari Valentine ya, Nak,” ucap Ibu saya riang di seberang sana. Wow. Ibu saya memang keren! Dan sepanjang hari itu saya tak bisa berhenti tersenyum.

Karena saya punya Ibu yang keren dan seorang sahabat yang mau mendengarkan.

Thanks, God.


-11-

Kamis, 08 Maret 2012

[Review Buku] The Unknown: Melacak Pesawat Misterius (Animorphs #14)


Judul: The Unknown: Melacak Pesawat Misterius (Animorphs #14)
Penulis: Katherine Applegate
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Terbit: 1999
Tebal: 158 halaman

Buku ini hadir dari kegiatan iseng membeli buku bacaan bekas secara online. Tapi seperti yang sering terjadi, buku ini tak langsung dibaca dan akhirnya lenyap entah ke mana (keselip doang sih). Hingga beberapa waktu yang lalu, pas lagi asik berbabu-ria (bersih-bersih kamar kos) saya menemukan buku ini di salah satu kardus tempat saya menaruh segala macam barang. Saya baca-baca sekilas... dan langsung jatuh cinta!

Para ABG tahun 90-an pasti tahu serial ini. Serial karya K.A. Applegate tersebut sama terkenalnya dengan Goosebumps-nya R.L. Stine. Tapi kala itu saya lebih gemar membaca Goosebumps ketimbang Animorphs. Saya lebih menyukai kisah horror dan tak begitu tertarik pada fiksi ilmiah. Seingat saya, satu-satunya seri Animorphs yang pernah saya baca adalah seri pertama, yang sekarang tidak saya ingat lagi detail ceritanya. Kini, setelah membaca seri ke-14 ini, saya justru jadi ingin membaca seri-seri sebelumnya, dan tentu saja, penasaran dengan seri selanjutnya… Dem!

Quick recap aja. Animorphs berkisah tentang enam ABG, terdiri dari lima manusia (Cassie, Marco, Rachel, Jake, Tobias) dan satu alien bernama Ax, yang berjuang secara rahasia untuk menyelamatkan bumi dari serbuan bangsa alien jahat yang disebut Yeerk. Berbekal kemampuan berubah wujud menjadi binatang, keenam anak manusia (plus alien) itu berusaha semampu mereka untuk menghentikan sepak terjang Yeerk. Dari mana mereka memperolah kemampuan ajaib itu? Hmmm… baca sendiri aja ya buku pertamanya. Atau gugling deh. *diinjak*

Seri ke-14 (yang saya temukan di kardus tadi) bercerita dari sudut pandang Cassie. Dikisahkan bahwa di kota sedang beredar rumor bahwa seseorang telah menemukan benda yang bisa membuktikan keberadaan alien dari planet lain. Benda tersebut di sembunyikan di sebuah markas yang disebut zona 91, yang kabarnya merupakan tempat paling rahasia di Bumi (saya jadi ingat Area 51). Cassie dan teman-temannya memang tahu ada kehidupan di planet lain dan mereka menyadari bahwa para Yeerk akan berusaha menyusup ke zona 91 untuk menyelidiki apakah benda rahasia tadi bisa menjadi ancaman bagi misi Yeerk di Bumi. Sekadar info, upaya para Yeerk menguasai Bumi dilakukan secara diam-diam, dengan cara merasuki manusia dan mengendalikan otak mereka. Para Yeerk tak ingin manusia mengetahui adanya kehidupan di planet lain. Cassie dan kawan-kawannya memutuskan untuk mampir ke zona 91. Tapi apa yang mereka temukan di sana sungguh di luar dugaan!

Wah, saya sukses meng-copas sinopsis di belakang cover bukunya! Haha. (Tentu dengan tambahan seperlunya)

Saya suka cara K.A. Applegate berkisah. Beliau senang memasukkan humor dalam dialog anak-anak Animorphs ini. Kalian bakalan ngakak deh, pada bagian saat Kapten dari zona 91 menangkap Cassie, Rachel, dan Marco dan menginterogasi mereka, saat Kapten menanyakan nama-nama mereka, jawaban yang diterima sang Kapten sungguh membuat saya terpingkal. Kemudian, cara sang pengarang mendeskripsikan proses morph anak-anak spesial ini cukup detail dan terkadang membuat saya bergidik membayangkannya. Top deh!

Tapi masih ada yang mengganjal di pikiran saya. Apakah baju-morph yang dikenakan Cassie dan kawan-kawan juga ikut berubah dan menyatu di badan binatang morph mereka? Maksud saya, bukankah lebih masuk akal jika baju yang mereka kenakan tak ikut berubah? Yah, mungkin karena ini buku bacaan remaja kali ya, jadi kurang pas rasanya saat mereka kembali ke tubuh manusia dalam keadaan telanjang.

Overall, saya suka buku ini. Mungkin karena isinya jauh lebih baik dari harapan saya.

3/5 bintang sepertinya cukup. ^^


-11-

Gambar diambil di sini.

Senin, 27 Februari 2012

Need Help?


Suatu ketika, kamu mendapati temanmu membutuhkan bantuan. Hanya saja, dia sepertinya ragu (entah malu atau gengsi) untuk minta tolong. Kebetulan, saat itu kamu sedang dalam posisi bisa membantu. Maka tanpa ragu kamu memutuskan untuk membantu. Niatmu murni memberikan pertolongan, tanpa mengharapkan imbalan, tanpa pamrih. Mungkin ucapan terima kasih saja sudah cukup.

Namun yang terjadi sesudahnya betul-betul di luar dugaan. Alih-alih mengucapkan terima kasih, temanmu tadi malah menghardikmu. Bantuanmu tak dianggap. Ia malah meminta bantuan orang lain yang dianggapnya lebih berkompeten.

Bagaimana perasaanmu? Marah? Kesal? Tersinggung?

Saya mengalaminya, dan jujur saja, saya kecewa. Ingin rasanya saya ngamuk-ngamuk saat itu juga. Tapi demi kesopanan, saya memutuskan untuk diam (dan manyun sedikit). Heran deh. Bagaimana mungkin ada orang yang segitu tak tahunya berterima kasih?

Dalam diam (dan manyun sedikit itu), saya merenung. Hmmm... kalau dipikir-pikir, kekesalan teman saya cukup beralasan. Maksud saya, bukankah ia memang TIDAK meminta bantuan saya? Ah... saya akhirnya sadar, kalau saya sebenarnya telah bertindak semau saya. Memutuskan membantu, tanpa mempertimbangkan perasaan teman saya. Mungkin, ia menganggap saya pamer kebaikan atau apa. Ya ampun, kenapa pikiran saya jadi negatif begini ya? Intinya, ia tak meminta pertolongan saya, dan saya sebenarnya tak berkewajiban membantunya. Titik. Habis perkara.

Yeah, saya jadi malu sendiri karena sempat merasa marah, kesal, dan tersinggung, walau menurut saya itu manusiawi. Seharusnya tadi saya bertanya, "Butuh bantuan?" Iya. Saya akhirnya belajar, bahwa untuk memberikan bantuan, kita harus minta izin dulu. Karena tak selamanya niat baik direspon dengan baik.

Menyadari kekeliruan saya, akhirnya dengan berat hati saya minta maaf kepada teman saya. Dengan berat hati. Saya minta maaf karena sudah lancang memberikan bantuan tanpa bertanya lebih dulu.

Dan... lihatlah. Ia membalas permintaan maaf saya dengan senyuman. Senyum yang saya tangkap sebagai permakluman. Dan, ia mengucapkan kalimat yang sukses melenyapkan sisa-sisa kekesalan di dada saya. "Makasih ya, Pan," ujarnya.
***

Moral of the story:
Niat baik memang tak selamanya direspon dengan baik. Stay cool sajalah. Bukankah saat berniat baik, kita sudah mendapatkan pahala?


-11-

Gambar diambil di sini.

Jumat, 24 Februari 2012

[Review Buku] A Very Yuppy Wedding - Novel Yang Bikin Gemes


Judul: A Very Yuppy Wedding
Penulis: Ika Natassa
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Terbit: 2007


Novel pertama Ika Natassa (dan saya telat membacanya). Untuk ukuran novel pertama, gaya bertuturnya sangat mengalir (kayak air keran, hehehe). Memang sih, Mbak Ika bukan tergolong awam dalam dunia tulis-menulis karena sebelumnya ia sudah sering menulis berbagai artikel di majalah. Cara berceritanya lincah dengan diselingi humor-humor segar.

A Very Yuppy Wedding berkisah tentang Andrea (biasa disapa 'Dre'), seorang bankir muda, berwajah cantik dengan paras indonya, penuh semangat dalam bekerja (ya iyalah, kalo ga semangat, gimana ia bisa memenuhi kebutuhannya nge-mall, makan-makan di restoran, membeli barang-barang branded dan segala macam lainnya?). Andrea ini punya hubungan serius dengan pria tampan bermana Adjie, rekan kerja yang juga satu bank dengannya. Karena aturan di bank yang tidak membolehkan sesama pegawainya menikah, kedua pasangan ini harus menyembunyikan rapat-rapat hubungan mereka. Hanya sedikit yang tahu kalau mereka pasangan kekasih. Rencananya, jika saatnya menikah, salah satu dari mereka akan mundur.

Pacaran sembunyi-sembunyi ternyata tidak mudah. Adrea harus berusaha keras menahan cemburu saat Adjie digoda teman lawan jenisnya di kantor. Begitupun Adjie, cemburu berat saat tahu bahwa banyak lelaki yang menggoda Andrea (salah satunya Radit, mantan pacar Andrea). Sama-sama keras kepala, kesalahpahaman pun sering terjadi di antara mereka, dan ini benar-benar membuat saya sebagai pembaca jadi gemes. Selain itu, Andrea juga dibuat pusing dengan rencana pernikahannya, mulai dari wedding planner yang suka merecokinya di sela-sela rapat melalui telepon dan sms bertubi-tubi, hingga calon mertua perfeksionis yang berbeda adat, membuat saya makin penasaran bagaimana ending kisah cinta Andrea-Adjie ini.

Akhirnya, novel ini sangat menghibur buat saya. Saya jadi punya gambaran umum tentang kehidupan seorang business banker, meski beberapa istilah perbankan di novel ini kurang begitu saya pahami. Dan walau penulis gemar menggunakan kalimat bahasa Inggris dalam dialog maupun dalam narasinya, penggunaannya masih dalam tahap ringan dan mudah dimengerti kok.

Novel ini saya kasih 4/5 bintang deh. 2 untuk Andrea yang cantik tapi labil, 2 untuk Adjie yang ganteng tapi suka ngambek. Ah, pasangan yang betul-betul bikin gemes.


-11-

Senin, 20 Februari 2012

Batal Jalan-Jalan

Idih, ternyata lama juga blog ini saya telantarkan. Kemarin saya iseng mengunjungi blog ini dan membaca komen Ega. Bener juga kata dia, blog ini sudah banyak sarang laba-labanya. Mesti segera dibereskan nih. Oh iya, apa kabar semuanya?

*…* <----- nggak ada jawaban

Ya sudah, daripada dicuekin, mending saya segera quick update aja. Saya lagi kecewa berat. Rencana travelling bulan Maret ke Bromo batal. Iya, tahun ini saya diajak travelling lagi sama Halim. Excited banget dong pastinya. Apalagi saya belum pernah ke Bromo. Niatnya, selain ke Bromo, kami juga akan ke Dieng, terus main-main ke Solo sama Jogja lagi. Asyik kan? Sayangnya, Halim, sang penggagas acara, ngasih kabar bahwa bulan Maret nanti ternyata ada acara keluarga yang mewajibkannya untuk pulang kampung. So, bye-bye Bromo. Entah kapan bisa ke sana. *sigh* Ada sih teman yang mengusulkan liburan ke Karimunjawa bulan Mei nanti. Cuma saya belum yakin apakah bisa ikut atau tidak. Soalnya bulan Mei harus mengikuti UAS UT.

Wait, UT?

Yap. Minggu lalu saya resmi mendaftar di Universitas Terbuka Mataram. Setelah sekian lama, akhirnya saya memutuskan untuk kuliah lagi. Tapi mengapa harus UT? Yeah, gimana ya, orang sibuk kayak saya ini mana sempat mengikuti kuliah tatap muka? *dilempar bata* Agak menyesal juga mengapa nggak dari kemarin-kemarin saya kuliah ya? Well, better late than never-lah ya. (My fave excuse nih)

Lanjut. Beberapa minggu terakhir ini saya sedang giat banget belajar gitar. Fyi, saya nggak nubie-nubie amat lho, bisalah dikit-dikit. Tapi memang masih harus banyak belajar. Jari saya masih suka kepeleset saat menekan kunci-kunci tertentu. Sama siapa belajar? Nggak jauh-jauh, sama teman kantor juga. Namanya Gina. Hayooo penasaran nggak, siapa si Gina ini? Unfortunately, dia bukan cewek. Nama lengkapnya Ginanjar, yang dengan bejatnya saya singkat menjadi Gina. Hihi. Oh ya, saya juga membeli buku tentang gitar. Niat banget ya? Hasil dari belajar gitar selama beberapa minggu ini adalah jari-jari kiri saya agak menebal… apa ya, namanya? Kapalan? Ya, nggak papalah... Demi bisa bermain gitar dengan baik. (Cie, gaya banget lu, Pan!)

Hokeh. Segitu dulu update kali ini. Semuanya, jaga kesehatan ya. Cuaca sedang nggak baik.

Salam.


@vaan, Februari, 2012

Selasa, 10 Januari 2012

Bye-Bye Last Year, Welcome New Year


Cuma mau ngucapin: “Selamat Tahun Baru!”

Agak telat memang. Well, better late than never kan? :D

Banyak hal yang saya alami di 2011 kemarin. Namun, seperti yang sudah-sudah, saya acap kali menyesali hal-hal yang tidak saya lalukan. Resolusi yang saya buat untuk 2011 pun saya lupa, namun bisa dipastikan, cuma sedikit yang tercapai. Contohnya, saya belum kuliah lagi. Alasannya? Er… sibuk mungkin kata yang basi ya? Begitu sadar, ternyata saya sudah tertinggal dari teman-teman seangkatan yang lain. *garuk aspal*

Jadi, kejadian menarik tahun kemarin? Hmm. Banyak sih sebenarnya. Tapi lupa. Yang paling diingat adalah ketika travelling Lombok, Bali, Jogja. Untuk kota yang terakhir itu, saya lupa detailnya perjalanannya. Maka saya meng-sms Halim, menanyakan detail perjalanan kami selama di Jogja. Ia membalas sms saya, isinya sangaaat panjang, berisi semua hal yang kami lakukan bersama di Jogja, mulai dari yang penting hingga yang tak penting sama sekali. Hehe. Ingatannya memang bagus, Halim itu. Berbanding terbalik dengan saya, yang bahkan tak mampu mengingat NIP sendiri (rajam saja diriku!).

2011, saya bertemu orang–orang baru. Teman-teman baru.

Salah satunya, Ega. Saya kenal gadis manis berjilbab ini lewat facebook. Kebetulan kami satu Direktorat. Kebetulan kami memiliki kesamaan minat, mulai dari jenis bacaan sampai jenis musik. Dan, hobi kami kebetulan sama: meng-GALAU. That G word is so famous last year, eh? Desember lalu, Ega memberi saya novel Ika Natassa yang berjudul Antologi Rasa, dititipkannya pada temannya yang sedang dinas ke Mataram (teman yang sering membuatnya mimisan. Hehe). It’s our secret, Ga? *wink* Hope someday we’ll meet face to face.

Noona Nining. Mitra kerja, merangkap teman sekaligus kakak. Saya jarang berinteraksi dengannya di real world, seringnya lewat chatting di facebook. Habis bagaimana ya…, saya ini orangnya tidak PD-an. Noona tahu betul saya menggemari girl band Korea, SNSD, terutama salah satu membernya, Yoona. Maka, ketika liburan ke Korea tahun lalu, Noona membawakan saya oleh-oleh yang berkaitan dengan Yoona (favorit saya adalah 1 pak kartu remi yang isinya foto Yoona semua!). Betapa gembiranya saya ketika diberi oleh-oleh itu. “Noona nggak nyangka Daesong Vaan sesenang itu menerima oleh-oleh dari Noona. Noona jadi ikut senang,” tulisnya di facebook-chat. Makasih ya, Noona. :)

Rekan-rekan kerja baru juga mewarnai hari-hari saya di kantor. Mutasi pelaksana di 2011 membuat kantor saya kehilangan beberapa teman kerja yang handal. Namun, kami mendapatkan pengganti yang tak kalah luar biasa. Jujur saja, saya tipe yang tak gampang akrab dengan orang lain. Kalau tak diajak ngobrol duluan, saya pun akan diam saja (saya cuma berani di facebook. How sad!). Sifat pemalu saya ini memang kelewat akut. *disiram bensin* Untungnya, dengan mereka, saya bisa akrab. Thank God for that.

Salah satu episode sedih (eaaa, bahasa gue) di 2011 adalah ketika sahabat/teman dekat/saudara aka Tuan Muda, dimutasi. Lucky for him sih sebenarnya, karna dia mutasinya malah ke kampung halamannya. Dan tanggal 28 Desember kemarin dia melangsungkan pernikahan. Saya tak bisa datang. Sangat disayangkan sebetulnya. Karena di acara pernikahannya itu, hadir pula teman-teman seperjuangan. Padahal lumayan bisa reuni kecil-kecilan. Agak malu mengakui ini, tapi saya betul-betul kehabisan duit akhir tahun kemarin. Tak cukup buat beli tiket. Argh!

Oh ya, saya sempat main-main ke Makassar. Lumayan, bisa bertemu dengan sohib-sohib. Saya sempat diajak keliling Mall Panakukang yang guedhe banget itu oleh Ojonk cs. Tak afdol rasanya kalau ke mall tanpa mengunjungi… eng ing eng… Gramedia! Langsung saja saya borong beberapa buku (sebagian besar novel). Maklum, di Mataram tidak ada Gramedia. Ini kali kedua saya ke Makassar. Aneh, ada perasaan kangen lho sama kota itu. Dan saya harus memendam kegalauan (again, that G word) saat saya harus pulang ke Mataram, meninggalkan Makassar. Sekeping hati saya tertinggal di sana *muntah darah*.

Ah, masih banyak sebetulnya yang ingin saya ceritakan seputar 2011. Tapi kalau diceritakan semua dalam satu posting ini, saya khawatir jadinya malah panjang sekali (alasan sebenarnya: lupa). Salahkan saya yang sering mengabaikan blog ini.

Akhirnya, 2011 memang sudah berlalu. Ada yang peristiwa ingin saya kenang, ada pula kejadian yang mati-matian ingin saya lupakan.

Ngomong-ngomong, saya belum menentukan resolusi untuk 2012. Untuk saat ini, saya hanya ingin menjalani tahun ini apa adanya, sambil tetap mengoreksi diri. Berusaha sebisa mungkin untuk mengurangi sifat buruk saya yang terkadang (oke, sering!) dengan sengaja atau tanpa sengaja melukai perasaan orang lain. “Untuk semua yang mengenal saya, saya minta maaf jika ada kelakuan saya yang menyakiti hati kalian, terutama buat para satker.” :D

Selamat tinggal 2011, selamat datang 2012.


@vaan, Januari, 2012

PS:
Buat Halim, cerita Jogja-nya nanti ya. *kabur sebelum dilempar sandal*
Buat Arie, sekali lagi, saya belum menepati janji saya. Maaf, karena saya terlalu sering minta maaf.