Rabu, 04 April 2012

Marah-Marah


Membaca buku Ajahn Brahm (versi terjemahan dari "Opening the Door of Your Heart") memang mengasyikkan. Saya seperti mendengar sahabat bercerita, alih-alih merasa digurui. Hanya saja, ternyata tak mudah mempraktikkan saran-saran bijak beliau dari dari buku tersebut--setidaknya bagi saya. Ambil contoh bahasan tentang "Kemarahan". Pak Ajahn, dalam bukunya tersebut, dengan segala kerendahan hatinya berusaha mengingatkan kita bahwa marah bukanlah respon yang cerdas. Beliau menceritakan kisah-kisah tentang dampak tak baik dari sebuah amarah, berikut 'tips' bagaimana mengendalikan rasa marah.

Tiba-tiba, seperti sebuah kebetulan, hari ini saya dihadapkan pada kondisi yang membuat amarah dalam diri saya menyala-nyala seperti api unggun yang kelebihan kayu bakar. Bayangkan sebesar apa api unggun kemarahan saya. Rasanya cukup besar sampai-sampai sanggup membakar tubuh saya sendiri. Saya menyumpah, memaki, menggerung, atau 'sekadar' melontarkan kalimat-kalimat yang pelan namun menyayat seperti silet. Lihatlah betapa 'tidak cedasnya' saya.

The worst part is, jika biasanya saya menyesal telah marah-marah kemudian minta maaf, tumben, hingga saat saya menulis ini, saya tak merasa menyesal sama sekali.

...

...

Apa saya yang sudah berubah ya? Sepertinya sih begitu. Beberapa tahun terakhir ini saya merasa seperti beralih peran menjadi antagonis.

Entahlah.


-11-

Tidak ada komentar: