Jumat, 20 April 2012

[Review Buku] Cewek Paling Badung Di Sekolah

Penulis: Enid Blyton
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Terbit: Maret 2012
Tebal: 272 halaman

"Tidak," isak Elizabeth. "Tak seorang pun menyukaiku. Semua orang ingin membuatku sedih"

"Bukan begitu. Masalahnya adalah semua orang terlalu menyayangimu," kata Nona Scott. "Kau cantik, periang, kaya raya. Karena itulah semua orang memanjakanmu. Semua menyukai penampilanmu, caramu tersenyum, caramu berpakaian. Semua tak bosan-bosan memujimu, membelamu, menyayangimu. Dan mereka memanjakanmu. Padahal akan lebih baik bila kau diperlakukan seperti anak-anak lainnya saja. Tetapi tak cukup bagi seseorang untuk hanya memiliki wajah cantik dan senyum ceria. Untuk menjadi anak yang baik, kau harus memiliki hati. Hati yang baik."

(hlm. 13)
Cewek Paling Badung di Sekolah merupakan seri pertama dari empat seri utama serial 'Si Badung' karya Enid Blyton. Meski saya tak banyak membaca karya-karya Enid Blyton yang lain (Lima Sekawan, Sapta Siaga, dll), saya termasuk beruntung sempat membaca buku ini waktu kecil.

Buku ini berkisah tentang Elizabeth Allen, 11 tahun, berparas manis, kaya, dan manja. Saking manjanya, ia jadi kurang ajar. Kelakuannya sangat nakal. Selama ini ia menjalani homescholling seperti anak-anak kaya lain di Inggris pada masa itu. Nona Scott, satu-satunya guru privat Elizabeth tak tahan menghadapi kelakuan nakal Elizabeth, memutuskan untuk berhenti. Orang tua Elizabeth akhirnya memutuskan mengirimnya ke sekolah Whyteleafe.

Elizabeth tidak suka keputusan orang tuanya. Ia mati-matian berusaha agar tidak dikirim ke Whyteleafe. Sayang keputusan orang tuanya sudah bulat. Mau tidak mau, Elizabeth tetap harus bersekolah di sana. Namun gadis itu punya rencana sendiri. Ia akan bersikap sangat-sangat nakal dengan harapan agar pihak sekolah mengeluarkannya. Ia kerap melanggar peraturan dan selalu bersikap kasar pada teman-temannya. Oleh karenanya, ia sering mendapat hukuman. Namun ia tidak peduli. Suatu saat ia bertemu dengan Joan, murid yang pendiam, tak punya  teman, dan terlihat sangat tidak bahagia. Elizabeth jatuh kasihan pada anak itu, dan memutuskan untuk menjadi temannya, meski pada awalnya Joan menolak berteman dengan Elizabeth dikarenakan kelakuannya yang kelewat badung.

Pihak sekolah akhirnya memutuskan bahwa jika sampai tengah semester nanti Elizabeth mampu bersikap baik, maka ia boleh memilih untuk pulang ke rumah atau tetap tinggal di sekolah. Elizabeth menyetujui kesepakatan tersebut. Seiring berjalannya waktu, gadis itu mulai menyukai sekolahnya. banyak hal menyenangkan yang bisa dilakukan. Pelajaran-pelajarannya menyenangkan, teman-temannya juga mengasyikkan. Ia termasuk anak yang paling pintar di sekolah itu. Sebenarnya Elizabeth ingin tetap tinggal di sekolah, kalau saja ia tidak terlalu keras kepala mempertahankan pendiriannya. Lagi pula, ia sudah terlanjur mengumumkan pada semua orang di Whyteleafe bahwa ia membenci sekolah itu dan tetap ingin pulang.


Buku ini sangat baik dibaca oleh anak-anak, karena banyak pesan moral yang terkandung di dalamnya. Saya suka ceritanya. Elizabeth sebenarnya anak yang baik dan berhati lembut. Ia gadis yang penuh percaya diri dan teguh pendiriannya. Sayangnya ia terlalu keras kepala. Sekolah Whytealfe juga sangat menyenangkan. Sekolah ini memiliki guru-guru dan murid-murid yang menarik. Elizabeth belajar banyak hal di sekolah ini, tertutama bagaimana cara bersikap yang lebih baik. Saya betul-betul jatuh cinta pada tokoh Elizabeth dan, tentu saja, sekolah Whyteleafe. Waktu kecil dulu, saya pernah berharap bisa bersekolah di sana… sebelum akhirnya saya diperkenalkan pada Hogwarts oleh J.K. Rowling. :)

5/5 bintang untuk buku yang sangat memikat ini.


-11-

Gambar diambil di sinidi sini, dan di sini.

Tidak ada komentar: