Minggu, 27 Juni 2010

Two Bears

To: White Bear
From: Si Codet
Message:
Selamat ulang tahun, Beruang Putihku.
Harapku untuk kebahagianmu, selamanya.

Mengenalmu adalah hadiah terindah
yang akan terus aku syukuri
selama sisa hidupku.


To: Black Bear
From: Si Codet
Message:
Ah, si Beruang Hitam juga ulang tahun rupanya.
Selamat ulang tahun, ya. ^^
Jangan lupa untuk meraih kebahagiaanmu.

Kau begitu jauh.
Dan aku rindu.
Percayalah, aku juga sayangimu
meski kau tak pernah tahu.

Jumat, 25 Juni 2010

Dear Diare

Kemarin, saya nggak masuk kantor gara-gara sakit yang sangat tidak keren: diare. Yeah, I know. Silakan ketawa. Tapi itulah yang saya alami. Mungkin karena pola makan saya yang tidak teratur (dalam arti: makan apa saja, kapan saja, dimana saja) yang menyebabkan saya menderita sakit yang tidak elit ini. Hiks. Malu banget saat datang ke kantor untuk minta ijin ke bos. 

“Maaf Pak, hari ini saya nggak bisa kerja. Diareee...”


Bos saya tersenyum geli.


Setelah mendapat ijin, saya balik lagi ke kos dan istirahat, setelah sebelumnya membeli sarapan dan menyiapkan obat diare. Aktivitas saya selama di kosan: tiduran, ke wc, tiduran lagi, ke wc lagi, abis itu tiduran di wc (yang ini becanda). Agh. Saat-saat seperti ini membuat saya kangen nyokap. Dulu, di rumah, saya sangat dimanja saat sakit. Nyokap akan membuatkan makanan enak, saya bisa santai sambil nonton tv atau sekedar tiduran yang lamaaa banget. Namun, saya menahan diri untuk menelepon beliau. Saya tidak ingin membuat beliau khawatir hanya karena anaknya menderita diare di perantauan. Nelpon nyokap karena diare? Ih, nggak banget deh. Sebenarnya tidak hanya diare sih. Saya memang tidak pernah menelepon nyokap saat sakit. Untungnya, selama di Mataram, sakit saya nggak parah-parah amat. Biasanya flu, sakit kepala sebelah (
migrain), atau batuk ringan.

Nggak ngantor bukan berarti saya bebas dari urusan pekerjaan. Beberapa kali saya hape saya berdering, yang ternyata dari mitra kerja (satker), menanyakan hal-hal terkait kerjaan, SPM Gaji 13, dsb. Gosh! Rasanya hape itu ingin saya banting saja. Sayangnya hape baru sih. Hehe.
By the way, gembel-gembel begini saya sangat bertanggung jawab loh kalo soal kerjaan (biasanya sih enggak, haha). Sebisa mungkin saya berusaha menerima telepon dengan nada ceria, atau diceria-ceriakan. Habis gimana? Mau marahpun percuma, saya lemas kekurangan cairan. (lebai)

Sorenya, perut saya mulai membaik. Entah mengapa tiba-tiba naluri pembokat saya keluar. Saya memutuskan untuk beres-beres kamar. Yap. Kamar saya sangat berantakan, berdebu pula. Saya mulai dari mengeluarkan isi lemari baju dan menatanya kembali. Buku-buku yang berserakan dimana-mana saya kumpulkan. Langit-langit kamar yang bersarang laba-laba saya sapu dengan kemoceng hingga kemocengnya jadi jelek banget, ketutup jaring laba-laba kelabu (buset ini kamar apa rumah drakula?!). Lantai saya sapu dan saya pel. Seprei saya ganti. Dan saya berakhir dengan badan bermandikan peluh. Lumayan juga, itung-itung olah raga.
^^

Dan...
ada satu peristiwa.

Peristiwa yang sangat membahagiakan saya, terjadi tadi pagi, yaitu ketika saya tiba di kantor. Salah satu orang yang sangat saya sayangi menyambut kedatangan saya dengan cara yang teramat spesial. Tapi maaf, saya tidak bisa menceritakannya secara detail. Biarlah peristiwa indah tadi saya simpan baik-baik dalam hati. Yang pasti, saya merasa sangat beruntung atas diare yang saya alami.


That’s why I call it, Dear Diare...



-11-

Jumat, 18 Juni 2010

Saya dan Sepak Bola


Pesta sepak bola terbesar yang selalu dinanti-nanti oleh setiap insan (halah) di berbagai belahan dunia telah tiba, World Cup! Heboh dan semarak, mewarnai setiap momen piala dunia yang kali ini diselenggarakan di Afrika Selatan. Lagu tema piala dunia yang dinyanyikan oleh Shakira terdengar makin akrab di telinga. Gimana nggak? Di tv dan di hampir di setiap pusat keramaian saya bisa mendengar orang-orang mulai anak kecil sampai orang dewasa menyanyikan potongan lirik lagu Shakira yang ada waka-waka eh eh-nya itu. Lucu juga, karena saya yakin mereka belum tentu paham apa yang mereka nyanyikan. Termasuk saya, hehe.

Setiap orang mendukung negara jagoannya, termasuk teman-teman di kantor saya. Ada yang mendungkung Jerman, Inggris, Italia, Brazil, Argentina, Spanyol, Belanda, Perancis, Korea Selatan (ada yang bilang orang Korea nggak cocok main bola. Mereka lebih cocok main film drama yang berlinang-linang air mata. Hehe. Tapi bagaimana dengan Indonesia sendiri? Ini yang mereka lupa. Korea, setidaknya, bisa tampil di panggung dunia persepakbolaan. Indonesia? Entah kapan...), dan negara-negara lainnya. Pendukung atau supporter biasanya bisa sangat fanatik. Saya dengar cerita teman saya di Ambon, katanya mayoritas orang Ambon adalah pendukung Belanda, sampai-sampai banyak yang memasang bendera Belanda di depan rumah (semoga mereka ingat untuk memasang bendera merah-putih saat tujuh belasan), atau keliling kota dengan motor sambil mengibarkan bendera Belanda.

Pertanyaan-pertanyaan tentang siapa mendukung negara mana sering banget terdengar. Saya pun nggak luput dari pertanyaan tersebut.
“Lo bakal ngedukung siapa?” tanya seorang teman.
Saya menjawab dengan jujur, “Gue gak suka bola, Bro. Lo ngedukung siapa, gue ikut aja.”
“Hah? Gak suka bola? Kenapa?” si penanya mengerutkan kening.
“Ya nggak suka aja. Kayak lo yang nggak suka balet, begitu juga gue yang nggak suka bola.”
“Aneh lo.”
Biasanya, saya akan kesal jika dibilang aneh, tapi belakangan saya mencoba sabar. Toh, saya bukan satu-satunya cowok yang nggak suka bola, meski banyak orang selalu beranggapan bahwa cowok harusnya suka dengan olah raga yang digandrungi masyarakat dunia itu.

Suatu saat, saya menulis status di facebook, yang intinya menyebutkan bahwa saya nggak begitu suka dengan sepak bola. Status saya itu rupanya menggelitik rasa penasaran seorang teman, sehingga dia bertanya langsung kepada saya lewat fasilitas chatting facebook. Sebut saja namanya Mawar-Korban-Perkosaan (disingkat MKP).
MKP: “Kok nggak suka bola?”
Saya: “Nggak suka aja.”
MKP: “Lo aneh. Masa cowok nggak suka bola?”
Saya: *diem*
MKP: “Kalo tinju, lo suka nggak?”
Ebuset? Tinju?Saya: “Maksudnya? Ya lebih nggak suka lagilah. Gue males ngeliat orang tonjok-tonjokan sampe babak belur.
Mawar: “Lantas lo sukanya apa? Baru kali ini gue ketemu cowok aneh kayak lo. Bukannya cowok suka segala sesuatu yang merangsang adrenalin?”
Saya: “Nggak semua cowok suka bola. Nggak semua cowok suka tinju. Kalau lo menganggapnya aneh, itu terserah lo. Jika disuruh milih, gue lebih milih mengurung diri di kamar, membaca, atau nonton, atau ngeblog, atau apalah. Gue nggak mau pura-pura suka bola agar nggak dicap aneh oleh orang-orang kayak lo!”
Entah karena paham maksud saya, atau karena merasa nggak enak karena perkataan saya mulai kasar, teman saya itu bersikap sok paham. Tapi saya merasa dia tetap akan menganggap saya aneh, seperti kata-katanya sebelumnya.

Kesal memang. Tapi mau bagaimana lagi? Saya tahu bahwa tidak sedikit orang yang berpikiran dangkal seperti dia. Tapi, tidak sedikit pula orang yang berpikiran lebih terbuka dan tidak mudah menggeneralisasi segala sesuatu.

Peduli amat.

Well, meski tak suka bola, saya suka kok Shakira dan "waka-waka-eh-eh"nya. :)


-11-

Gambar diambil di sini.

Rabu, 16 Juni 2010

Gadis Yang Telah Meninggal Itu Mendatangiku


Judul post-nya seram ya?

Untungnya, gadis yang telah meninggal itu mendatangi saya 'cuma' dalam mimpi, bukan di dunia nyata. Amit-amit kalau sampai kejadian.

Gadis itu bernama Sari. Seingat saya, ia meninggal kurang lebih dua tahun yang lalu karena sakit yang dideritanya (saya lupa persisnya sakit apa, sepertinya kanker). Usianya masih muda ketika dipanggi Yang Maha Kuasa. Jauh lebih mudah dari saya, malah. Saya cukup mengenal dia meski tak bisa dibilang kenal dekat juga. Entah mengapa dia hadir di mimpi saya.

Dalam mimpi, dia terlihat jauh lebih muda dari yang saya ingat. Sambil memegang Alkitab, ia mengajak saya untuk ikut bersamanya menghadiri kebaktian. Dalam mimpi saya tak ingat bahwa Sari sudah meninggal. Saya menolak ajakannya dengan halus. Ya… tidak betul-betul menolak sih. Saya menyuruh dia pergi duluan, nanti saya menyusul. Ia pergi, mamun saya tak pernah menyusulnya.

Itu saja.

Kemudian saya terbangun. Yang membangunkan saya adalah suara-suara di luar kamar kos. Suara teman-teman yang asik membicarakan (sepertinya sih) hasil pertandingan sepak bola yang baru mereka tonton subuh itu.

Saya menggeliat di ranjang saya yang tak begitu empuk. Sambil mengerjapkan mata, saya mencoba mengingat-ingat lagi tentang Sari, gadis yang telah meninggal itu. Awalnya saya tak merasa takut atau apalah. Barulah ketika menulis post ini, bulu kuduk saya mulai merinding.

Entah apa maksud dari mimpi saya itu. Mengapa gadis yang telah meninggal itu tiba-tiba mendatangi saya dan mengajak saya ke kebaktian?

Ah… saya akan memikirkannya nanti saja. Mungkin saya akan mendiskusikannya dengan seorang teman, meminta pendapatnya. Memang mimpi adalah bunga tidur. Mungkin ada artinya, mungkin juga tidak.

*tarik selimut*


-11-

Gambar diambil di sini.

Selasa, 15 Juni 2010

Hello!

Halo.

Selamat datang di blog saya. Kenalkan, nama saya Yovan. Tapi saya biasa dipanggil Opan. Maunya sih, dipanggil Vaan. *apasih*

Berhubung blog ini adalah personal blog, maka isinya bakalan random, tergantung keinginan saya untuk mengepost tentang apa saja, tentang hal-hal yang saya suka, maupun yang tidak saya suka. Mungkin saya akan menyisipkan review-review buku dan film, meski bisa dipastikan sebagian besar isi blog ini adalah curhat alias sampah. Hahaha.

Hari ini, 15 Juni 2010, saya tandai sebagai hari lahir blog pribadi saya ini. Mungkin tidak penting ya, menetapkan tanggal lahir untuk sebuah blog. Tapi saya ingin. Semoga saya tak kehilangan semangat untuk selalu mengupdate blog ini (seperti nasib blog-blog saya yang lain *sigh*).

Saya ucapkan selamat datang buat kamu. Dan terima kasih sudah menyempatkan waktumu yang berharga untuk sekadar melihat-lihat blog ini. Jika berkenan, jangan ragu untuk meninggalkan jejak/komen.


Regards,
Vaan
a.k.a
-11-