Senin, 30 April 2012

Dua Buku di Akhir April

Hari terakhir di bulan April. Dan saya betul-betul miskin! Bahkan permintaan transfer dari Ibu pun tak bisa saya sanggupi, harus menunggu sampai gajian besok. Sedihnya... :(
*anak durhaka*
*jedutin kepala di tembok*
*kutuk diri sendiri jadi ganteng*
*eh*

Abaikan racauan di atas. Seminggu nggak update nih. Bahas apa ya bagusnya? Gimana kalo buku? (Jiaaaah... buku lagi?) Ya mau gimana lagi. Soalnya bukulah hal menarik dalam hidup saya yang membosankan ini... *uhuk* *muntah darah*

Seminggu kemarin saya menyelesaikan membaca dua buku.

Buku pertama, The Hunger Games oleh Suzanne Collins. Harus saya akui buku ini memang sangat-sangat keren! Sudah lama Nath berusaha 'meracuni' saya agar membaca buku ini. Saya bilangnya nanti-nanti terus, sampai akhirnya film The Hunger Game dirilis. Yeah, seperti biasa, saya cuma bisa penasaran sama filmnya karena di sini nggak ada bioskop. Tapi saya menonton trailernya di youtube. Saya langsung dibuat merinding pada adegan Katniss mengajukan diri 'as a tribute' menggantikan adiknya untuk berlaga di The Hunger Games. Saya pun tergerak untuk membaca novelnya. Thanks banget buat Nath atas usahanya mengenalkan The Hunger Games kepada saya. Really love it! *hugs, hugs* Berikut trailer film The Hunger Games yang membuat saya merinding itu.


 
Buku kedua adalah novel metropop berjudul Dimsum Terakhir karya Clara Ng. Setelah kecewa dengan The (Un)Reality Show, saya berjanji bahwa itulah novel pertama dan terakhir Clara Ng yang saya baca, selanjutnya saya nggak akan membaca bukunya yang lain. Tapi kemudian saya merasa bahwa pemikiran tersebut sangat nggak adil. Karenanya saya mencari novel Clara lainnya, salah satu yang berbaik menurut rekomendasi beberapa teman, yaitu Dimsum Terakhir. Setelah selesai membaca, saya setuju bahwa novel ini memang jauh lebih bagus dari The (Un)Reality Show. Dimsum Terakhir menambah wawasan saya tentang kehidupan warga keturunan Cina di Indonesia. Ceritanya ringan, namun sangat informatif. Novel ini sukses membuat saya membuang jauh-jauh pikiran picik saya tentang Clara Ng. Next time pastinya saya akan membaca karya Clara Ng yang lain. :)

Review The Hunger Games dan Dimsum Terakhir menyusul nanti yah.

Ngomong-ngomong, belakangan ini posting saya terlalu banyak membahas buku. Sempat terpikir untuk membuat blog baru yang khusus membahas buku, terutama buku-buku yang sudah saya baca, baik buku lama maupun buku baru. Sepertinya lebih asik begitu.


-11-

Senin, 23 April 2012

Selamat Hari Buku Sedunia [2012] ^^

Ternyata hari ini adalah World Book Day. Nggak bakalan ingat kalau nggak dikasih tahu salah seorang teman lewat WhatsApp. Ck, pembaca buku macam apa saya ini?

Happy World Book Day, guys! ^^ Mengutip kalimat Si Kacang di facebook saya, "Semoga ke depannya lebih dan lebih banyak lagi buku yang sempat kita baca." (Amiiin...)

Memang betul sih. Begitu banyak yang mesti kita lakuin; belajar, bikin tugas, bekerja, sesekali hang out, membuat waktu membaca kita makin berkurang. So many books, so little time, huh? Di tempat saya ada begitu banyak buku yang tertumpuk rapi di pojokan, beberapa di antaranya bahkan masih disegel plastik, belum terbaca saking terbatasnya waktu. Sepertinya (dan memang kenyataannya begitu) saya lebih banyak membeli buku baru ketimbang menyelesaikan buku bacaan saya. Baru-baru ini saja saya sudah kalap membawa pulang beberapa buku gara-gara toko buku langganan saya, Bookland, menggelar diskon yang lumayan bikin ngiler. Novel-novel dihargai 25-30ribu rupiah. Kebanyakan novel-novel terbitan Bentang Pustaka. Bayangkan, novel yang harga aslinya sekitar 50-70ribu, dipangkas lebih dari setengah harga, siapa nggak kalap coba?


Begitulah. Akhirnya kamar kost saya yang luasnya tak seberapa itu kini dipenuhi buku-buku. Saking menumpuknya, saya sampai ngeri membayangkan bagaimana jika nanti saya dimutasi ke daerah lain. Gawd, mengepak buku dan mengirimnya bukan perkara mudah kan? Er... mungkin mudah, tapi ongkos kirimnya MAHAL. Buku kan berat. Ya, tergantung juga di mana nanti saya dimutasi sih. Agh! Ngomongin mutasi memang bikin galau. Mungkin saat mutasi nanti, buku-buku yang sudah saya baca akan saya hibahkan saja buat teman-teman di Mataram yang memang gemar membaca. Hitung-hitung mengurangi beban saat pindah nanti. (Anjir, pede banget gue, kayak yakin bakal kena mutasi aja. Cuih!)



Gosip yang beredar, bulan depan bakalan ada SK mutasi. Antara berharap dan tak berharap juga sih. Maksud saya, saya sedang dalam keadaan tak ingin direpotkan oleh urusan pindahan. Tapi kalau memang saya terangkut SK mutasi, toh saya tak bisa menolak. Dan mau tak mau, saya harus membaca sebanyak-banyaknya buku yang belum terbaca, sebelum akhirnya saya hibahkan kepada mereka yang beruntung (ceileee). Iya dong, saya kan nggak mau rugi. :P

Wew, sudah jam segini. Lanjutin baca The Hunger Games barang beberapa halaman, ah. Nyicil, Darling... Hehe. Duh, di saat-saat seperti ini saya sangat berharap punya kemampuan membaca super-cepat.


-11-

Kartini dan Twit Windy

Selamat Hari Kartini. Well, memang agak telat mengucapkan ini. Sudah tabiat saya sering telat. Bahkan membaca The Hunger Games saja telat. Haha.

Oya, saya tadi sempat mengecek twitter salah satu 'Kartini' favorit saya, Mbak Windy Ariestanty. Twitnya tentang biografi R.A. Kartini bikin saya penasaran. Kapan-kapan pengen nyari bukunya ah. :)


Dan ada satu info menarik dari salah satu twit di atas. Mbak Windy ternyata sedang mengerjakan buku terbarunya! Wah, tak sabar rasanya menunggu bukunya selesai. ^^


-11-

Jumat, 20 April 2012

[Review Buku] Cewek Paling Badung Di Sekolah

Penulis: Enid Blyton
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Terbit: Maret 2012
Tebal: 272 halaman

"Tidak," isak Elizabeth. "Tak seorang pun menyukaiku. Semua orang ingin membuatku sedih"

"Bukan begitu. Masalahnya adalah semua orang terlalu menyayangimu," kata Nona Scott. "Kau cantik, periang, kaya raya. Karena itulah semua orang memanjakanmu. Semua menyukai penampilanmu, caramu tersenyum, caramu berpakaian. Semua tak bosan-bosan memujimu, membelamu, menyayangimu. Dan mereka memanjakanmu. Padahal akan lebih baik bila kau diperlakukan seperti anak-anak lainnya saja. Tetapi tak cukup bagi seseorang untuk hanya memiliki wajah cantik dan senyum ceria. Untuk menjadi anak yang baik, kau harus memiliki hati. Hati yang baik."

(hlm. 13)
Cewek Paling Badung di Sekolah merupakan seri pertama dari empat seri utama serial 'Si Badung' karya Enid Blyton. Meski saya tak banyak membaca karya-karya Enid Blyton yang lain (Lima Sekawan, Sapta Siaga, dll), saya termasuk beruntung sempat membaca buku ini waktu kecil.

Buku ini berkisah tentang Elizabeth Allen, 11 tahun, berparas manis, kaya, dan manja. Saking manjanya, ia jadi kurang ajar. Kelakuannya sangat nakal. Selama ini ia menjalani homescholling seperti anak-anak kaya lain di Inggris pada masa itu. Nona Scott, satu-satunya guru privat Elizabeth tak tahan menghadapi kelakuan nakal Elizabeth, memutuskan untuk berhenti. Orang tua Elizabeth akhirnya memutuskan mengirimnya ke sekolah Whyteleafe.

Elizabeth tidak suka keputusan orang tuanya. Ia mati-matian berusaha agar tidak dikirim ke Whyteleafe. Sayang keputusan orang tuanya sudah bulat. Mau tidak mau, Elizabeth tetap harus bersekolah di sana. Namun gadis itu punya rencana sendiri. Ia akan bersikap sangat-sangat nakal dengan harapan agar pihak sekolah mengeluarkannya. Ia kerap melanggar peraturan dan selalu bersikap kasar pada teman-temannya. Oleh karenanya, ia sering mendapat hukuman. Namun ia tidak peduli. Suatu saat ia bertemu dengan Joan, murid yang pendiam, tak punya  teman, dan terlihat sangat tidak bahagia. Elizabeth jatuh kasihan pada anak itu, dan memutuskan untuk menjadi temannya, meski pada awalnya Joan menolak berteman dengan Elizabeth dikarenakan kelakuannya yang kelewat badung.

Pihak sekolah akhirnya memutuskan bahwa jika sampai tengah semester nanti Elizabeth mampu bersikap baik, maka ia boleh memilih untuk pulang ke rumah atau tetap tinggal di sekolah. Elizabeth menyetujui kesepakatan tersebut. Seiring berjalannya waktu, gadis itu mulai menyukai sekolahnya. banyak hal menyenangkan yang bisa dilakukan. Pelajaran-pelajarannya menyenangkan, teman-temannya juga mengasyikkan. Ia termasuk anak yang paling pintar di sekolah itu. Sebenarnya Elizabeth ingin tetap tinggal di sekolah, kalau saja ia tidak terlalu keras kepala mempertahankan pendiriannya. Lagi pula, ia sudah terlanjur mengumumkan pada semua orang di Whyteleafe bahwa ia membenci sekolah itu dan tetap ingin pulang.


Buku ini sangat baik dibaca oleh anak-anak, karena banyak pesan moral yang terkandung di dalamnya. Saya suka ceritanya. Elizabeth sebenarnya anak yang baik dan berhati lembut. Ia gadis yang penuh percaya diri dan teguh pendiriannya. Sayangnya ia terlalu keras kepala. Sekolah Whytealfe juga sangat menyenangkan. Sekolah ini memiliki guru-guru dan murid-murid yang menarik. Elizabeth belajar banyak hal di sekolah ini, tertutama bagaimana cara bersikap yang lebih baik. Saya betul-betul jatuh cinta pada tokoh Elizabeth dan, tentu saja, sekolah Whyteleafe. Waktu kecil dulu, saya pernah berharap bisa bersekolah di sana… sebelum akhirnya saya diperkenalkan pada Hogwarts oleh J.K. Rowling. :)

5/5 bintang untuk buku yang sangat memikat ini.


-11-

Gambar diambil di sinidi sini, dan di sini.

Senin, 16 April 2012

Si Badung, Si Mesin Waktu


"Dear, Cewek Paling Badung Di Sekolah, kutunggu dirimu dalam genggamanku."
Begitulah kalimat penutup pada postingan saya di sini. Ketika itu saya memang bersemangat untuk segera memiliki buku karya Enid Blyton yang (terima kasih, Tuhan!) dicetak ulang tersebut . Tapi kemudian saya ingat, saya kan harus membelinya secara online sebab toko buku di Mataram cenderung terlambat mengupdate  buku-buku dagangannya. Dan itu berarti saya harus membeli lebih dari satu buku, biar tidak rugi. Jadi, saya wajib menyisihkan lebih banyak uang. Dengan berpikir seperti itu, keinginan saya untuk segera memiliki buku masa kecil saya tersebut bisa sedikit diredam.

Namun kenyataan berkata lain. Sabtu siang, saat selesai menonton teman-teman bermain futsal di mall (sudah, jangan ditanya kenapa saya tak ikut bermain), saya berkeliling sebentar. Salah satu tempat favorit saya di mall, bisa ditebak, adalah toko buku. Anggapan saya bahwa toko buku di Mataram sering terlambat mengupdate buku-buku kali ini keliru. Tumben sekali toko buku ini begitu cepat mengupdate dagangan mereka? Atau, mungkinlah ini efek dari Law Of Attraction? Di saat kamu begitu menginginkan sesuatu, alam semesta, entah bagaimana caranya, akan berusaha mewujudkannya untukmu.

Di toko buku itu, saya menemukan deretan buku serial Si Badung tergeletak manis di salah satu rak. Mereka menatap saya. Menjerit-jerit riang minta dibeli. Oh God! Lihat, betapa manisnya mereka. Betapa memikatnya warna-warni cover baru mereka!


Untung saja saya tak membawa banyak uang di dompet. Kartu kredit pun sudah saya simpan baik-baik di dalam laci di kamar kost. Meski ke-4 buku cantik itu berseru-seru minta dibeli semuanya, saya akhirnya (dengan sedikit terpaksa) hanya membeli sebuah buku saja, seri pertama, judulnya "Cewek Paling Badung di Sekolah." Keinginan saya untuk membeli buku ini lebih karena unsur nostalgia-nya. Waktu SD, inilah buku 'tebal' pertama yang saya baca. Dan sejak saat itu, saya memutuskan bahwa membaca adalah kegiatan yang sangat menyenangkan. Saya masih ingat inti cerita buku ini, namun saya lupa detail peristiwanya. Maka, tak ada salahnya, pikir saya, untuk membaca lagi buku yang membuat saya betul-betul jatuh cinta pada kegiatan membaca.

Begitu sampai di kost, saya langsung menyobek segelnya dan mulai membaca. Benar-benar sesuai harapan. Kalimat pertamanya saja sudah membuat saya senyum-senyum sendiri. Saya seperti naik mesin waktu. Saya kembali ke masa kecil, ketika saya tengah membaca buku ini sambil telungkup di atas tempat tidur. Ibu berulang kali menegur saya karena membaca dengan posisi yang tak baik bagi mata. Seingat saya, saya tak betah berlama-lama membaca sambil duduk. Segera saja saya kembali ke posisi semula, telungkup, tak lama setelah Ibu berlalu. Hingga kini pun kebiasaan (buruk) itu belum hilang. Membaca sambil tiduran memang paling pewe sih. Hehe.

Ah... kenangan yang indah. Memang benar kata orang, "kenangan adalah harta yang tak ternilai." Tentu saja yang dimaksud adalah kenangan indah. Saya jadi kangen Ibu.



Saat ini saya sudah selesai membaca "Cewek Paling Badung di Sekolah." Buku yang betul-betul bagus. Saya akan me-review-nya nanti. :)


-11-

Senin, 09 April 2012

Back To Gili Trawangan

Image from http://lombokdiving.com

Akhirnya ke Gili Trawangan lagi. Terakhir kali saya ke sana tepat setahun yang lalu bersama beberapa teman semasa kuliah. Sabtu kemarin, saya kembali ke Gili Trawangan, kali ini bersama teman-teman kantor yang beberapa di antara mereka membawa serta keluarganya. Seperti biasa, acara jalan-jalan selalu membuat saya excited, bahkan ke Gili Trawangan sekalipun, yang sudah saya kunjungi sekian kali (halah).

Gili Trawangan makin ramai saja, karena selain dipenuhi pengunjung lokal, turis-turis mancanegara pun tak sedikit yang berkunjung ke pulau ini. Bahkan di malam hari suasana di Gili Trawangan seperti bukan di Indonesia saja. Bule are everywhere! Itu yang saya alami tahun lalu ketika menginap di sana. Tapi kali ini, tak semua dari rombongan yang menginap. Hanya dua keluarga saja. Saya pun memang tak ada rencana menginap.

Pantainya? Jangan di tanya deh. Masih bagus seperti biasanya. Cuma ya itu tadi. Ramai banget. Apalagi saat akhir pekan. Hamparan bule (wow!) yang berjemur hanya dengan berbikini merupakan pemandangan lumrah di sini. Mungkin kedengaran ndeso, tapi saya sengaja membawa kacamata hitam, selain untuk melindungi mata dari matahari, saya juga bisa leluasa memandangi bule-bule berbikini itu. Hahaha.

Salah satu hal yang saya sukai saat jalan-jalan bersama keluarga teman-teman, adalah karena saya bisa bermain-main dengan anak-anak mereka. Ketika bermain di pantai, saya berusaha menjaga mereka agar tidak ke bagian pantai yang dalam. Pasangan bule yang berjemur tak jauh dari tempat kami tersenyum melihat betapa serunya kami (atau… jangan-jangan mereka mengira saya ini semacam pedofil? Ugh...). Yang mengejutkan, tak lama kemudian mereka turun ke pantai di dekat kami dan… OH MY GOSH, MEREKA CIUMAN di dekat saya dan anak-anak! (bikin iri saja *eh*). Saya pun kerepotan mencari bahkan lawakan cara agar anak-anak ini tak melihat perbuatan mereka. Hadeh...

Overall, saya cukup puas dengan acara jalan-jalan kali ini. Jadi kepingin jalan-jalan lagi. Mumpung masih di Lombok. :)


-11-

Berhenti sebentar di Malimbu #1
Berhenti sebentar di Malimbu #2
Menyeberang ke Gili Trawangan #1
Menyeberang ke Gili Trawangan #2
@Gili Trawangan #1
@Gili Trawangan #2
@Gili Trawangan #3
@Gili Trawangan #4

Minggu, 08 April 2012

Happy Easter 2012


Selamat Paskah! :)
KebangkitanNya adalah kemenangan bagi kita semua.
...
...

"Tumben waras, Pan?"

-11-


Gambar diambil di sini.

Rabu, 04 April 2012

Marah-Marah


Membaca buku Ajahn Brahm (versi terjemahan dari "Opening the Door of Your Heart") memang mengasyikkan. Saya seperti mendengar sahabat bercerita, alih-alih merasa digurui. Hanya saja, ternyata tak mudah mempraktikkan saran-saran bijak beliau dari dari buku tersebut--setidaknya bagi saya. Ambil contoh bahasan tentang "Kemarahan". Pak Ajahn, dalam bukunya tersebut, dengan segala kerendahan hatinya berusaha mengingatkan kita bahwa marah bukanlah respon yang cerdas. Beliau menceritakan kisah-kisah tentang dampak tak baik dari sebuah amarah, berikut 'tips' bagaimana mengendalikan rasa marah.

Tiba-tiba, seperti sebuah kebetulan, hari ini saya dihadapkan pada kondisi yang membuat amarah dalam diri saya menyala-nyala seperti api unggun yang kelebihan kayu bakar. Bayangkan sebesar apa api unggun kemarahan saya. Rasanya cukup besar sampai-sampai sanggup membakar tubuh saya sendiri. Saya menyumpah, memaki, menggerung, atau 'sekadar' melontarkan kalimat-kalimat yang pelan namun menyayat seperti silet. Lihatlah betapa 'tidak cedasnya' saya.

The worst part is, jika biasanya saya menyesal telah marah-marah kemudian minta maaf, tumben, hingga saat saya menulis ini, saya tak merasa menyesal sama sekali.

...

...

Apa saya yang sudah berubah ya? Sepertinya sih begitu. Beberapa tahun terakhir ini saya merasa seperti beralih peran menjadi antagonis.

Entahlah.


-11-

Minggu, 01 April 2012

Maret, Bulan Yang Menguras Kantong

Karena bulan ini rupanya saya memecahkan rekor dalam berbelanja novel. Duh ya, padahal saya sudah berjanji pada diri sendiri untuk nggak belanja novel lagi, mengingat di kos masih banyak novel yang belum terbaca. Namun kebiasaan membeli impulsif saya susah dihilangkan. Jadilah Maret kemarin saya memecahkan rekor terbanyak saya sendiri dalam berbelanja novel. Ada lebih dari 10 novel yang saya beli Maret kemarin. Ampun. Saya cuma bisa geleng-geleng kepala saat melihat tumpukan novel bertambah lagi.

Pertama, ketika saya tiba-tiba teringat pada anime Ninja Rantaro yang saya sukai karena ceritanya yang super-kocak (dulu pernah tayang di Indosiar). Maka saya memutuskan untuk hunting komiknya di FJB (Forum Jual Beli) Kaskus. Hasilnya, saya nggak hanya membeli komik, tapi juga kepincut pada beberapa judul novel yang pernah direkomendasikan teman di goodreads: Kana di Negeri Kiwi, Celebrity Wedding, dan Crash Into You. Semuanya bekas.


Kedua, saya mendengar kabar bahwa novel terbaru Christian Simamora sudah terbit! Sebagai salah satu fans setia Chris yang sudah lama menanti-nanti karya terbarunya, maka saya merasa wajib membeli novel terbaru Chris yang berjudul Good Fight itu. Saat mengunjungi toko buku, saya nggak menemukan novel tersebut. Maka jalan satu-satunya adalah membeli lewat toko buku online langganan saya, bukabuku.com. Seperti yang sudah-sudah, saya merasa rugi kalau hanya membeli sebiji novel di toko buku online (meski harga buku-bukunya di diskon hingga 15%, ongkos kirimnyalah yang membuat harganya jadi lebih mahal). Oke, dua novel sepertinya cukup. Tapi lagi-lagi saya kebablasan. Ujung-ujungnya saya membeli 4 biji: Good Fight, Karena Kita Tidak Kenal (kumpulan cerpen yang pernah direkomendasikan Dindut), Si Cacing dan Kotoran Kesayangannya (kebetulan sudah lama saya ingin membaca buku ini), dan terakhir adalah buku terbaru Primadona Angela, How To Be A Writer.


Ketiga, gara-gara twitter. Wow, ada apa dengan twitter? Jadi, belakangan ini TL twitter saya dipenuhi cuap-cuap teman yang heboh membahas film The Hunger Games. Nggak hanya teman, beberapa akun twitter yang biasanya mempost tweet-tweet lucu juga latah membahas film The Hunger Games. Ditambah lagi, saya tiba-tiba teringat tweet-tweet Nath yang selama berbulan-bulan berusaha ‘meracuni’ saya agar membeli novelnya. Jadilah saya membeli novel tersebut. Kali ini saya berusaha sekuat tenaga agar nggak langsung membeli buku kedua dan ketiga (just so you know, The Hunger Games dalah novel trilogi).


Terakhir (sumpah, ini yang terakhir), kali ini adalah murni keBEGOan saya sendiri. Di siang bolong saat jam istirahat kantor, entah setan apa yang merasuk otak saya, saya tiba-tiba kabur ke toko buku. Tak apalah, pikir saya, toh akhir bulan juga ini. Dompet nyaris nggak ada duitnya sama sekali. Lihat-lihat doing nggak dosa kan? Lihat-lihat doing kepala gue! Setibanya di toko buku, lapar mata saya tiba-tiba nggak bisa dibendung sama sekali. Saat mengintip dompet, ooooh yeaaah... ternyata… ternyata… ADA KARTU KREDIT!!! Kambiiiiing. Sudah di sini, rugi rasanya kalau nggak beli apa-apa. Yeah, saya kalah. Beberapa novel akhirnya saya ambil secara random (oke, nggak ramdom-ramdom amat juga): American Gods (asli, penasaran banget sama karya Neil Gaiman yang ini), Assassin’s Creed Renaissance (sebagai gamer malang yang belum sempat memainkan gamenya, maka saya ambil novel ini sebagai alternatif), 24 Wajah Billy, dan terakhir, Goodnight Tweetheart (covernya imut-imut, nggak nahaaan!).


Begitulah. Ditotal-total ada 12 buku plus komik Ninja Rantaro. Mau nangis rasanya kalau ingat sekian ratus ribu duit yang saya hambur-hamburkan cuma gara-gara nggak bisa mengontrol kebiasaan-impulsif-belanja-buku saya.

Baru saja saya (lagi-lagi) berjanji untuk nggak belanja buku di April ini, tiba-tiba saya dikejutkan oleh kabar bahwa novel jaman kanak-kanak yang selama ini saya cari-cari ternyata dicetak ulang, dengan cover baru yang lebih lucu. Yap, Gadis Paling Badung Di Sekolah karya Enid Blyton ternyata DICETAK ULANG! Grrr… mana mungkin saya nggak beli buku ini??? Hei, sudah lama lho saya cari-cari buku ini. Oh iya, nggak cuma ganti cover, judulnya juga diubah sedikit. Kini judulnya Cewek Paling Badung Di Sekolah. Whatever-lah, yang penting ceritanya nggak berubah kan? Daaaan bisa dipastikan dalam waktu dekat ini saya akan belanja buku lagi. Berdosa rasanya kalau sampai nggak beli novel itu. Dear, Cewek Paling Badung Di Sekolah, kutunggu dirimu dalam genggamanku.

PS:
SOMEBODY HELP ME!!!


-11-