Selasa, 27 Maret 2012

Lost and Found: My Dompet!


Tadi pagi petir menyambar kamar kos saya. Saya syok plus panik tingkat kabupaten. Kenapa oh kenapa? Dompet saya hilang! Berkali-kali saya cari, di tas, di saku celana, di jaket kemarin yang saya pakai, hasilnya nihil. Where is it? Where is my fucking precious wallet? Padahal jam tangan digital saya beberapa menit lagi akan mentok pada angka 07.30. Jika nggak segera berangkat ke kantor, maka bisa dipastikan saya terlambat. Dan itu berarti tunjangan saya akan disunat. Argh. Panik panik panik!

Tenang, Pan, tenang..., batin saya. Saya memejamkan mata, menarik napas dalam-dalam, kemudian mencoba mengingat kapan dan di mana terakhir kali saya melihat dompet brengsek itu. Dan... aha, saya ingat!

Jadi, semalam saya dan dua teman saya makan malam di salah satu restoran cepat saji (ayam goreng tepung kw dua gitu). Dompet itu saya letakkan di atas meja, persis di bawah novel yang sedang saya baca (kenapa juga saya nggak manaruh dompet di saku celana seperti biasanya ya? Stupid me!). Ketika akan pulang, saya hanya mengambil novel di meja tanpa melihat dompet di bawahnya. STUPIIIID!!!

Kalau saya beruntung, dompet saya mungkin diamankan oleh karyawan restoran dan siap sedia kalau-kalau sang empunya dompet balik lagi, nanyain dompetnya yang ketinggalan. Tapi kalau saya sial, misalnya diambil pengunjung lain atau bisa jadi ditilep karyawannya sendiri, then I AM FUCKED! Duitnya ilang sih mungkin saya masih rela ya, tapi isi yang lain kayak ATM, kartu kredit, KTP, bukti transfer penting dsb, sumpah mati saya nggak relaaa.

Gue harus balik lagi ke restoran itu, pikir saya. Kalau pagi restorannya bukanya jam berapa ya? Takutnya kalau saya ke sana sekarang, restorannya masih tutup. Tapi itu dipikirin nanti deh. SAYA NYARIS TERLAMBAT KE KANTOR INIH! Untungnya ada teman kantor se-kos dengan saya yang juga baru mau berangkat. Yes! Nebeng motor sama dia ah.

Tiba di kantor, syukurlah nggak terlambat. Tunjangan saya nggak jadi disunat sekian persen. Tapi pikiran saya masih melayang memikirkan dompet cokelat sialan yang dengan begonya saya telantarkan itu. Singkat cerita, saya kembali minta tolong teman yang saya tebengi tadi untuk mengantar saya. Kebetulan, dia salah satu teman yang makan bersama saya semalam. Dalam hati saya berdoa, semoga-semoga-semoga dompet itu ada di sana. Pukul 8 pagi. Restorannya baru buka. Saya mengenali salah satu karyawan yang semalam melayani kami. Saya segera mendatanginya.
“Pagi, Mas,” senyum saya. Agak canggung, by the way.
“Oh. Pagi juga, Mas,” jawabnya.
“Gini, semalam saya sama teman saya,” saya menunjuk teman yang mengantar saya tadi, “makan malam di sini. Nah, dompet saya ketinggalan. Kira-kira Mas lihat nggak dompetnya?”
Dia mengangguk sambil tersenyum. “Namanya siapa, Mas?” tanyanya.
Saya menyebut nama saya.
“Oh, ada Mas. Sebentar ya, saya ambilin dulu.”
Fyuh. Saya lega bukan main. Begitu menerima dompet, saya mengecek isinya. Utuh. Oke, momen selanjutnya awkward banget. Saya bingung bagaimana harus berterima kasih. Mau ngasih duit, saya takut dia tersinggung (halah, bilang aja lo pelit, Pan!). Tapi ngucapin terima kasih doang rasanya kurang afdol. Ah, saya menemukan jalan keluar. Kenapa nggak sekalian saja beli sarapan di sini, bawa pulang? Solusi yang brilian bukan? Yeah, brilian my ass. Siapa tahu Mas-Mas itu justru lebih suka dikasih duit? Oke, abaikan sajalah. Setidaknya, restoran ini sudah mendapat kepercayaan penuh dari salah satu pelanggan mereka (saya, hehe). Next time bakalan sering makan-makan di sini deh. :D

Penutup:
Berkali-kali saya diingatkan bahwa tidak bijaksana menaruh segala macam kartu penting di dompet. (Yeah, lebih tidak bijaksana lagi meninggalkan dompet di atas meja. Bukan cuma nggak bijaksana, itu namanya BEGO!)

Akhirnya, saya lega seperti habis kentut karena nggak jadi lapor polisi. Ya Tuhan, bayangkan kalau dompet saya beneran hilang. Mau nggak mau saya harus ke kantor polisi kan? Sudah harapan ketemunya tipis, saya masih harus direpotkan oleh segala alur birokrasi yang bikin sakit hati.

Thanks to restoran cepat saji kw dua yang punya karyawan jujur. I owe you!


-11-

Tidak ada komentar: