Rabu, 15 Juni 2011

Dua Bulan Yang Lalu (bagian 1): Mereka Datang!

Dua bulan sudah lewat sejak entri terakhir saya di blog ini.

Dua bulan sudah lewat sejak pertemuan dengan sobat-sobat tercinta (ew, jijik banget nggak sih kata-kata gue?). Bersama kami jalani tour yang tak akan terlupakan (Lombok, Bali, Yogyakarta), yang begitu membekas di hati saya. Dua bulan sudah lewat, tapi rasanya seperti baru kemarin…

Dua bulan yang lalu.

Tanggal 15 April 2011. Saya sedang menanti kedatangan The Rombongan Sarap di kamar kos tercinta. Malam itu awan hitam menaungi kota Mataram, mencurahkan hujan sejak tadi siang, membasahi jalan-jalan, pepohonan, rumah-rumah, dan setiap jengkal tanah di kota seribu masjid ini. Atap kos-kosan tempat saya bernaung pun tak luput dari hantaman air hujan. Begitu derasnya, sehingga tedengar seperti tumpahan beribu kerikil. Saya agak mencemaskan penerbangan mereka ke kota ini. Perasaan saya campur aduk antara cemas dan gembira. Cemas, karena cuaca yang kurang baik ini. Gembira, karena sebentar lagi saya akan bertemu dengan mereka.

Sungguh melegakan ketika Halim, bendahara tour kami, memberi tahu saya lewat hape bahwa ia dan rombongan sudah tiba di bandara Selaparang, Mataram, dan akan segera menjemput saya di kos. Saking semangatnya, saya berbicara di hape sambil mondar-mandir dalam kamar seperti setrika. Ingin sekali melompat girang layaknya bocah kecil.

Namun rasa gembira berubah menjadi horor ketika Halim berkata bahwa mereka akan melakukan inspeksi kamar kos! “Woi, Tambs, kami sebentar lagi sampai. Kamarmu akan dinilai. Tadi kamarnya Ojonk sudah waktu di Makassar, sekarang giliranmu! Siap-siap!” Nada suara Halim cukup nenakutkan buat saya. Oh my God! Bagaimana saya tidak khawatir? Kamar saya berantakan! Tak ada waktu lagi untuk beres-beres. Saya sudah membayangkan celaan yang bakal keluar dari mulut-mulut silet mereka. Saya pasrah saja. Whatever will be, will be lah…

Benar saja. Tak lama kemudian mobil carteran mereka sudah tiba di depan pintu gerbang kosan (pak supir ternyata masih ingat saya, salah satu anggota tour paling imbisil tahun lalu!). Ya, ini memang tour kedua kami. Tahun lalu, kami tour di dua daerah saja; Lombok dan Bali. Meski saya nota bene berdomisili di pulau Lombok nan indah ini, dan bisa dibilang mulai bosan dengan pemandangan elok yang disajikan Sang Pulau, rasanya akan berbeda jika menikmatinya bersama orang-orang terkasih. Percayalah.

Saya menunggu mereka di bawah siraman hujan, hanya mengenakan jaket, tanpa payung (orang susah, beli payung saja tak sanggup. Hiks!). Anak-anak langsung berhamburan turun dari mobil dengan hebohnya. Saya pun menyambut mereka tak kalah heboh. Di bawah siraman hujan, kami seperti berada di salah satu adegan film Laskar Pelangi. Oh iya, di antara kawan-kawan saya, ada Ipoel, dari dirjen pajak, yang akan ikut tour selama di Lombok saja.

Mereka langsung menodong saya, “Ayo, antar kami ke kamarmu!”

Glek!

Saya membawa mereka ke kompleks kosan (rasanya seperti menuju tiang gantungan), langsung ke kamar nomor 7 yang terletak paling pojok. Wew, dari letak kamar yang “terhuk” itu saja sudah mendapat celaan dari Myutz dan Ojonk. Menyebalkan! Dan begitu masuk ke kamar, Fathir (the Luwuknese) langsung mengeluarkan handycam dan merekam kondisi kamar saya—yang boleh dibilang mirip kapal titanic pasca karam.

Thank God ternyata penilaian mereka terhadap kamar kosan saya sedikit lebih baik dari kamar Ojonk di Makassar yang sudah mereka inspeksi sebelumnya. Lega! Saling cela pun tak bisa dielakkan. Ojonk tentu saja tidak terima kamarnya yang ber-AC (angin cepoi-cepoi) itu kalah dari kamar saya. Hehehe.

Segera sesudah itu, saya dan The Rombongan Sarap berpamitan dengan Tuan Muda. Saya menjinjing dua tas saya yang berisi baju-baju untuk keperluan tour selama sepuluh hari, mengangkutnya ke mobil, dan duduk berdesak-desakan di dalam mobil yang penuh dengan tas dan manusia. Mobil carteran pun segera meluncur ke Praya, kampung (baca keras-keras ya: KAMPUNG) halaman Ojonk, tempat kami akan menginap selama di Lombok.

Mobil menembus tirai hujan, dan kami tak henti-hentinya mengobrol, bercanda, tertawa. Ipoel, yang tadinya lebih banyak diam, akhirnya tak sanggup menahan diri dan ikut tertawa bersama kami. Langit malam yang pekat dan dinginnya udara tak mampu meredupkan kehangatan yang tercipta di antara kami, membuat saya lupa diri. Saya lupa bahwa cuaca yang kurang bersahabat ini mungkin akan mengganggu rencana liburan kami selama di Lombok. Saya lupa bahwa bisa jadi pak supir mulai jengkel dengan kegaduhan yang kami buat sepanjang jalan. Yang saya ingat, bahwa saya sedang berada bersama orang-orang yang saya sayangi. Besok bakalan hujan atau tidak adalah urusan nanti.

Di suatu tempat di Praya, Ibunda Ojonk sudah menanti kami.

Dan liburan pun dimulai…

***

(bersambung…)


@vaan, 2011

Oya, ini foto makan malam pertama di rumah Ojonk. Itu punggung saya, by the way. :)

Tidak ada komentar: