Senin, 20 Juni 2011

Dua Bulan Yang Lalu (bagian 3): Bali

Finally, the last day in Lombok. Pagi itu kami berpamitan dengan keluarga Ojonk. Ipul sudah berangkat lebih dulu subuh-subuh, ke Manado. Pengen ikut sih sebenarnya ke Manado. Gimana nggak? Saya kangen berat kota itu. T-T

Oke, lanjut.

Bali Dwipa, adalah penginapan yang menjadi tempat bernaung kami selama di Bali, lokasinya di kawasan Kuta. Kamar kami di lantai dua, nomor 20 dan 21. Tangga menuju lantai dua sempit dan curam. Mengangkut barang-barang ke atas menjadi tantangan tersendiri, soalnya, salah melangkah bisa jatuh guling-guling tuh. Saya cuma bergumam, “Capek deh!” Untungnya tak ada satupun di antara kami yang jatuh guling-guling. Nggak seru ya? *plak*



Sepertinya kami masih lelah setelah tour habis-habisan di Lombok. Dan karena sebagian besar tempat wisata terkenal di Bali sudah kami kunjungi tahun lalu, anak-anak memutuskan untuk menikmati hari-hari di Bali tanpa mengunjungi tempat-tempat yang jauh (Tanah Lot, Bedugul, dll).

Kamis esok harinya rombongan ingin belanja-belanja di Sukawati. Tapi sebelum itu, kami diajak Ojonk berkunjung ke rumah pacarnya. Wew, sempat-sempatnya dia mengajak kami. Mungkin Ojonk merasa perlu membuktikan bahwa dia memang sudah punya pacar? Atau sekadar pamer? (Mengingat selama ini kami (sengaja) tidak percaya bahwa Ojonk sudah punya pacar. Haha). Satu hal yang membuat geli, Ojonk yang tadinya liar kayak cacing kepanasan, mendadak jaim luar biasa. Kami pun mulai meledek sikap Ojonk itu di depan sang Kekasih. Rasakan! Mungkin Ojonk menyesal karena sudah mengajak teman-teman yang tidak tahu diri ini. Untungnya si gadis kelihatannya, uhm, maklum dengan tingkah laku kami. Meski begitu, saya harus berterima kasih kepada Ojonk, karena ternyata pacarnya menyediakan sarapan untuk kami. Yay! Lumayan kan, bisa berhemat. *menghindari tatapan sinis Ojonk dan Myutz*

Sesudah sarapan, kami pamit dan rombongan segera menuju ke Sukawati untuk membeli buah tangan dan sebagainya. Saya yang tadinya ogah-ogahan jadi ikut belanja macam-macam. Di antara teman-teman, yang saya kagumi adalah Halim, untuk urusan belanja dan tawar-menawar. Sumpah, Halim itu kalau menawar persis ibu-ibu. Tanpa malu Halim menawar baju-baju khas Bali dengan harga super-rendah (alias MURAH) dan tetap bertahan hingga para pedagang menyerah sambil memasang ekspresi pasrah. Halim memang kejam untuk urusan tawar-merawar. Saya sampai malu, soalnya kami dikira mahasiswa kere oleh pedagang di sana. Tentu saja, ini jelas-jelas penghinaan bagi Myutz, si Orang Kaya Nomor Satu. Ketika Halim sedang menawar, kami akan berpura-pura tidak mengenalnya. Malu, hehe. Tapi giliran ingin membeli suatu barang, Halimlah yang saya mintai bantuan untuk menawar. Hehehe. *digampar Halim*

Belanja di Sukawati memang menyenangkan. Tapi yang lebih menyenangkan ketika kami bertemu dengan—mengutip kalimat Ojonk di blognya—orang nomor satunya Prodip I Keuangan BPPK VIII Manado Tahun 2005. Komang Yuly Pridarsanti, sobat kami semasa kuliah, mahasiswi dengan IP tertinggi seangkatan. Asli Bali, bertugas di Bengkulu, saat ini sedang cuti. Karena tempat tinggalnya tak jauh dari Pasar Sukawati, gadis semampai itu menyempatkan diri untuk bertemu dengan kami di sana. Kami tercengang melihat penampilan Koming (Iya, Koming. Bukan salah ketik, itu memang nama panggilannya). Makin cantik deh kayaknya. Maksud saya, dulu dia tomboy, dengan tatapan mata super-tajam yang memberi kesan jutek, meski sebenarnya ia luar biasa baik hati. Sekarang ia terlihat lebih feminim, dan… senyumnya itu loh… Oh my gawd, so sweet... Kami seperti melihat orang yang berbeda. Namun, ia masih Koming yang dulu, Koming yang rendah hati. Kami pun makan siang bersama. Di sela-sela makan siang, kami saling bercanda, berkisah, dan bernostalgia tentang masa-masa kuliah. Saya tak habis pikir mengapa gadis ini masih menjomblo. (Ssstt… kalau kamu mau kenal dia, saya punya pin-nya...)

Kami mengabadikan pertemuan ini dengan berfoto bersama.



(Koming, di antara pejantan tanggung. Tapi itu motor kayaknya ganggu banget ya?) ^^;

***

Jumat. Bertepatan dengan Jumat Agung. Halim, Ojonk, Myutz, Kris, dan Fathir ke Joger. Saya tidak ikut, memilih tinggal di penginapan. Tapi saya minta tolong Halim untuk dibelikan kaos Joger sebagai oleh-oleh buat teman di Mataram. Siapa orangnya? Ada deh. Hehe. *ditabok*

Siang hari saya kelaparan. McDonalds di daerah pantai Kuta menjadi pilihan saya. Asik juga makan siang sendirian, sambil menikmati hiruk-pikuk di sekitar pantai Kuta. Melihat turis asing dan lokal berlalu-lalang di bawah terik matahari. Ada yang berjalan cepat-cepat, ada yang santai-santai saja (biasanya turis lokal), ada yang terlihat sedang menunggu seseorang, ada yang duduk-duduk sambil merokok. Ada pula robongan lokal yang seluruh anggota keluarganya sibuk menjilati es krim sambil sambil berjalan. Di meja sebelah saya, seorang cewek sedang asik suap-suapan es krim dengan (dugaan saya) guidenya. Hmm… pengeeen.

Perut kenyang, saya pun turun lebih dekat ke daerah pantai. Saya langsung dikerumuni beberapa massa *lebay*. Ada yang menawarkan jasa tatto non-permanen, pijat kaki, sampai meni-pedi kilat. Tak ada salahnya bagi-bagi rezeki, pikir saya. Maka saya pun ditatto di kedua lengan sambil kaki saya dipijat. Nyaman sekali. Dan sambil menunggu tatto-nya kering, saya menikmati perawatan kuku tangan dan kaki. Ehm, saya diberi bonus kuteks hitam di jemari kanan. Hehehe.

Sore, anak-anak kembali ke penginapan. Mereka kaget melihat kuku-kuku jari tangan saya bercat hitam. Saya pun menceritakan perihal meni-pedi di pantai tadi. Setelah mandi dan beristirahat sebentar, kami bersama-sama kembali ke pantai, niatnya ingin menikmati sunset. Sayangnya kami gagal melihat sunset, karena sore itu awan memutuskan untuk menghalangi mentari. Meski begitu, kegembiraan kami tidak berkurang. Sesi foto-foto pun tak kami lewatkan. Matahari akhirnya menghilang di balik cakrawala dan gelap mulai menyelimuti pantai. Tapi sesi foto-foto masih terus berlanjut. Teteup dong, seleb gituh… ^^



(lha ini selebnya punggung semua?)

Malam hari, ada live music di depan Discovery Mall, salah satu mall terkenal di Bali. Saya tak tahu (dan tak berniat mencari tahu) nama group bandnya, tapi dua vokalis band itu, masing-masing cewek dan cowok, cukup menarik perhatian kami, karena mereka membawakan lagu-lagu yang kebetulan kami sukai. Kami pun menyaksikan pertunjukan musik dengan antusias sambil sesekali ikut menyanyi—umh, tepatnya sambil ikut menyanyi dengan suara lantang, berusaha menyaingi kedua vokalis itu. Saya merasakan tatapan tajam pengunjung lain yang merasa terganggu. Tapi kami tak peduli.

Begitulah.

Pada akhirnya, tour di Bali kali ini tak bisa sepenuhnya disebut tour. Karena tempat terjauh kami kunjungi hanyalah Pasar Sukawati dan Joger (yang ini pun saya tidak ikut). Aktivitas kami hanya di seputar daerah Kuta. Tapi saya tidak bilang kunjungan kami ini tak menyenangkan. Karena ini kali pertama saya menginap di Kuta. Menyaksikan kehidupan malam di daerah ini pun merupakan pengalaman baru bagi saya. Pernah suatu malam, saya agak syok melihat tingkah laku para bule yang mabuk, berteriak-teriak marah kepada temannya, dan dengan ganas menabrakkan motornya ke motor temannya.

Dan… di sini, di Kuta, untuk pertama kalinya saya melihat langsung pasangan gay berciuman.

(bersambung…)


@vaan, 2011

(Next: Jogjakarta, The Final Destination)

2 komentar:

Ini Ega mengatakan...

Eh, mana itu foto pasangan gay nya ? hot gak? dipajang dong ah....

vaan11 mengatakan...

@Ega: Yaelah, malah minta foto dia. Mana sempat gue fotoin mereka? Gak enak ah gangguin. Hehe.