Rabu, 23 Februari 2011

Dulu

Dulu, aku selalu menantimu. Berharap kau datang bersama senyum jenakamu. Atau raut sinismu.

Dulu, aku selalu berdoa pada Tuhan. Meminta kekuatan agar aku berani menyapamu. Bicara denganmu. Atau sekadar menatap matamu.

Dulu, aku selalu mengagumi setiap tarikan wajahmu. Raut ketusmu saat bosan menunggu. Atau ketika kau salah tingkah. Atau saat kau tak peduli waktu aku menyapa, seolah aku tak ada.

Dulu, ketika melihatmu, aku selalu kehilangan kendali atas tubuhku sendiri. Tiba-tiba suaraku menjadi lebih keras. Tiba-tiba bicaraku melantur. Tiba-tiba pena di tanganku jatuh. Tiba-tiba aku menjepit jariku dengan stapler. Tiba-tiba aku tertawa. Tiba-tiba aku menabrak meja. Tiba-tiba aku lupa caranya bernapas.

Dulu, jantungku berpacu lebih cepat saat kau online. Dan aku harus mengumpulkan tenaga, hanya untuk bilang ‘hai’. Setelah aku itu rasanya mau pingsan.

Itu dulu.

Dan… sekarang pun masih. :)


-11-

1 komentar:

nining ^^ mengatakan...

waduh itu kan jari... bukan kertas... hehe...
"itu dulu dan skrg pun masih".. suka ma kalimat ini ...hwaiting \^_^/