Minggu, 20 Februari 2011

[Review Buku] The Lost Symbol

Judul buku: The Lost Symbol
Pengarang: Dan Brown
Penerjemah: Ingrid Dwijani Nimpoeno
Penerbit: Bentang Pustaka, 2010
Tebal: 712 hlm


Oke, amat-sangat-terlambat-sekali saya membaca novel Dan Brown ini (melirik tumpukan novel lainnya yang juga telat saya baca). Tapi marilah kita nggak perlu mempermasalahkan itu. Nggak apa-apa kan telat baca, daripada nggak baca sama sekali. Setuju? SETUJU! *maksa*

Berikut review singkat saya.

The Lost Symbol adalah novel ketiga Dan Brown yang tokoh utamanya seorang profesor Harvard bernama Robert Langdon, setelah sebelumnya beraksi dalam The Da Vinci Code dan Angels and Demons. Kali ini, sang ahli simbolog lajang tersebut membawa kita mengikuti petualangan serunya dalam mengungkap rahasia Gedung Capitol, di Washington DC, Amerika Serikat, yang penuh dengan misteri mengagumkan.

Awalnya, Langdon datang ke Washington DC untuk memenuhi undangan ceramah di Gedung Capitol. Tapi setelah tiba di sana, Langdon menyadari bahwa ada yang tidak beres. Undangan tersebut palsu. Dan seseorang telah meletakkan Tangan Misteri di sana, sebuah simbol yang dibuat dari potongan pergelangan tangan manusia, tangan orang yang dikenal Langdon, Peter Solomon, yang adalah sahabat dan mentornya, sekaligus tokoh penting dari Persaudaraan Mason. Peter Solomon telah diculik! Sang penculik meminta Langdon memecahkan kode-kode kelompok rahasia Mason. Kode-kode yang melindungi suatu tempat yang amat sangat dirahasiakan oleh kelompok tersebut. Sebuah rahasia, yang konon akan membuat pemiliknya mampu mengubah dunia!

Tentu saja tugas Langdon tidaklah mudah, karena ia berhadapan dengan penjahat sadis yang tidak segan-segan membunuh demi mendapatkan keinginananya. Keadaan bertambah sulit dengan adanya campur tangan CIA, yang menganggap Langdon sebagai ancaman keamanan nasional. Menyusuri lorong-lorong bahwa tanah Capitol dan tempat-tempat menakjubkan lainnya sembari menghindari kejaran CIA, Langdon berusaha memecahkan kode rahasia Mason. Sebelum tengah malam, Langdon sudah harus berhasil, karena jika dia gagal, Peter Solomon akan dibunuh, dan sebuah rahasia yang konon akan mengguncang Amerika Serikat, bahkan dunia, akan tersebar.

Seperti dua novel Dan Brown sebelumnya (The Da Vinci Code dan Angels and Demons), novel The Lost Symbol juga bertempo cepat. Rentang waktu cerita di novel setebal 712 halaman ini bahkan tak lebih dari 24 jam! Ada ketegangan di setiap halamannya, membuat siapa pun enggan melepas novel ini sebelum benar-benar selesai membacanya. (Tapi saya nggak sampai segitunya kok. Hehe. Butuh waktu sekitar dua minggu bagi saya untuk membaca novel ini.)

Dalam novel thriller-nya ini, Dan Brown kembali menunjukkan kepiawaiannya dalam bercerita. Beliau kembali memadukan fakta sejarah dan imajinasi fiksi, sehingga menghadirkan novel yang luar biasa. Topik yang diangkat adalah perkumpulan kaum rahasia Mason, yang kental dengan kontroversinya, agenda-agenda rahasianya, serta simbol-simbolnya yang—jika kita jeli—ternyata ada dimana-mana. Bahkan George Washington, Benjamin Franklin, juga berbagai ilmuwan terkenal di masanya, diduga adalah anggota Mason. Maka semakin menariklah novel ini.

Saya yakin, dalam proses penulisan The Lost Symbol, Dan Brown melakukan riset serius. Walaupun demikian, deskripsinya yang sangat mendetail tentang suatu subjek, tidaklah membosankan. Fakta-fakta sejarah yang diungkap olehnya tidak lantas membuat kita seperti dikuliahi. Malah, saya pribadi sangat antusias pada bagian-bagian dimana Dan Brown, lewat tokohnya, Robert Langdon mulai membahas sejarah benda-benda dan artefak kuno, simbol, adat-istiadat, hingga kepercayaan tertentu. Tak jarang saya memberi stabilo pada bagian kalimat atau paragraf yang saya rasa menarik.

Terlepas dari kontroversi dalam novel ini (meski mungkin nggak seheboh The Da Vinci Code), novel Dan Brown selalu memikat hati para membacanya. Dan meski nggak semencekam Angels and Demons, The Lost Symbol tetap merupakan novel penuh misteri dan ketegangan yang sayang untuk dilewatkan begitu saja. Penggemar cerita-cerita thriller wajib membaca The Lost Symbol. Saya menyesal nggak segera membaca novel ini (saya membelinya bulan Juli 2010 lalu, dan baru membacanya Februari 2011. Great!). Nikmati saja bacaan ini sebagai fiksi, dan kamu akan baik-baik saja.

Dan jangan ciut dulu begitu melihat bukunya yang oh-so-tick-banget itu. Halamannya yang tebal dikarenakan ukuran fontnya yang ramah di mata. Maksudnya saya, fontnya cukup besar. Nggak kecil seperti font novel The Lord Of The Rings. Selamat membaca!

-11-

Gambar diambil di sini.


Pengarang: Dan Brown

Penerjemah: Ingrid Dwijani Nimpoeno

Penerbit: Bentang Pustaka, 2010

Tebal: 712 hlm


Tidak ada komentar: